BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
perbuatan manusia termasuk pembahasan yang begitu kono jadi perbuatan manusia
bukanla dciptakan Tuhan pada diri manusia, tetap manusia sendirilah yang
mewujudkan perbuatannya, menurut aliran mu'tazila.sedangkan aliran asy'ariyah
mengemukakan dalam faham asy'ari manusia ditempatkan pada posisi yang lemah.
Jadi aliran ini lebih dekat pada faham jabariyah sedangkan aliran maturidiyah
masih ada perbedaan antara matudiriyah samarkand dan matudiriyah bakhara
mengenai perbuatan manusia. Kolompok pertama lebih dekat dengan faham
mu'tazilah sedangkan kelompok kedua lebih dekat pada faham asy'ariyah.
B. Rumusan Masalah
Banyak
perbedaan yang menyebutkan tentang perbuatan manusia menurut aliran
mu'tazilah,asy'ariyah dan maturidiyah. Makalah ini membahas tentang bagai mana
perbuatan manusia menurut aliran Mu'tazilah,Asy'ariyah dan Maturidiyah. Apakah
benar apa yang di sebutkan dalam Al-Qur'an terbukti dalam suroh As-Sajdah dan
suroh Ash-Shffat. yang mendekati kebenaran perbedaan tersebut, makalah ini
menyajikan dari berbagai aliran-aliran. mungkin antara ketiganya ada hubungan.
dari apa yang telah diterangkan dalam buku ilmu kalam
C. Ruang Lingkup Pembahasan
1. Bagaimana
perbuatan manusia menurut aliran mu'tazilah
2. Bagaimana
perbuatan manusia menurut aliran asy'ariyah
3. Bagaimana
perbuatan manusia menurut aliran maturidiyah
BAB II
PEMBASAN
A. Aliran Mu'tazilah
Aliran
Mu'tazilah memandang manusia mempunyai daya yang besar dan bebas. Oleh karna
itu, Mu'tazilah menganut faham qodariyah atau free will. menurut Al-Juba'i dan
Abd Aljabbra. Manusialah yang menciptakan perbuata-perbuatannya. Manusia
sendirilah yang membuat baik dan buruk. KepaTuhan dan ketaatan seseorang kepada
Tuhan adalah atas kehendak dan kemauannya sendiri. Daya (al-istita'ah)untuk
mewujudkan kehendak terdapat dalam diri manusia sebelum adanya perbuatan.
Perbuatan
manusia bukanlah diciptakan Tuhan pada diri manusia, tetapi manusia sendirilah
yang mewujudkan perbuatannya. Lantas bagaimana dengan daya? Apakah diciptakan
Tuhan untuk manusia, atau berasal dari manusia sendiri? Mu'tazilah dengan tegas
mengatakan bahwa daya juga berasal dari manusia. Daya yang terdapat pada diri
manusia aalah tempat terciptanya perbuatan.jadi, Tuhan tidak dilibatkan dalam
perbuatan manusia. Aliran Mu'tazilah mengecam keras faham yang mengatakan bahwa
Tuhanlah yang menciptakan perbuatan. bagaimana mungkin, dalam satu perbuatan
akan ada dua daya yang menentukan?
Dengan
faham ini, aliran mu'tazilah mengaku Tuhan sebagai pencipta alam, sedangkan
manusia berpihak sebagai pihak yang berkreasi untuk mengubah bentuknya.
Meski
berpendapat bahwa Allah tidak menciptakan manusia dan tidak pula menentukannya,
kalangan Mu'tazilah tidak mengingkari azali Allah yang mengetahui segala apa
yang akan terjadi dan diperbuat manusia, pendapat inilah yangmembedakannya dari
penganut qodariah murni.
Untuk membela
fahamnya, aliran Mu'tazilah mengungkapkan ayat berikut:
ألذى أحسن كل شێ خلقه
(السجدة : ۷)
Artinya:
"Yang
membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya". (QS. As-Sajdah:
7).
Yang
dimaksud dengan ahsana pada ayat di atas, adalah semua pebuatn Tuhan adalah
baik.denga demikian, perbuatan manusia bukanlah per buatan Tuhan, karena
perbuatan manusia terdapat perbuatan jahat. Dalil ini di kemukakan untuk
mempertegas bahwa manusia akan mendapat balasan atas perbuatannya. Sekirany
perbuatan manusia adalah perbuatan Tuhan, balasan dari Tuhan tidak ada artinya.
Disamping
argumentasi naqliah di atas, aliran Mu'tazilah mengemukakan argumentasi berikut
ini.
Kalau
Allah menciptakan perbuatan manusia, sedangkan manusia sendiri tidak mempunyai
perbuatan, batAllah taklif syar'i. hal ini karena syariat adalah ungkapan
perintah dan larangan yang merupakan thalap pemenuhan thalap tidak terlepas
dari kemampuan, kebebasan, dan pilihan.
Kalau
manusia tidak bebas untuk melakukan perbuatannya. Runtuhlah teori pahal dan
hukuman yang muncul dari konsep faham al-wa'dwaal-wa'id(janji dan ancaman). Hal
ini karma perbuatan itu menjadi tidak dapat di sandarkan kepadanya secara
mutlak sehingga bersekoensi pujian atau celaan.
Kalau
manusia tidak mempunyai kebebasan dan pilihan, pengutusan para nabi tidak ada
gunanya sama skali. Bukankah tujuan pengutusan itu adalah dakwa dan dakwa harus
di barengi kebebasn pilihan?
Konsikoensi
lain dari faham di atas, Mu'tazilah berpendapat bahwa manusiaterlibat dalam
penentuan ajal karena ajal itu ada dua macam, pertama, adalah al-ajal
ath-thabi'i. ajal inilah yang di pandang mu'tazilah sebagai kekuaaan mutlak
Tuhan untuk menentukannya. Adapun jenis yang kedua adalah ajal yang dibikin
manusia untuk sendiri misalnya membunuh seseorang, atau bunuh diri di tiang
gantungan, atau menum racun. Ajal yang ini dapat dipercepat dan diperlambat.
B. Aliran Asy'ariyah
Dalam
faham Asy'ari manusia di tempatkan pada posisi yang lemah. Ia di ibaratkan anak
kecil yang tidak memiliki pilihan dalam hidupnya. Oleh karana itu, aliran ini
lebih dekat dengan paham jabariah dari pada dengan faham Mu'tazilah untuk
menjeleskan dasr pijakannya, asy'ari,.pendiri aliran asy'ariyah, memakai teori
al-kasb (acquisition, perolehan). Teori Al-Kasb Asy'ari dapat di jelaskan
sebagai berikut. Segala sesuatu terjadi dengan perantaraan daya yang di
ciptakan, sehingga menjadi perolehan bagi muktasib yang memproleh kasab untuk
melakukan perbuatan. Sebagai konsekoensi dari teori kasb ini, manusia
kehilangan keaktifan, sehingga manusia bersifat pasif dalm
perbuatan-perbuatannya.
Argumen
yang diajarkan oleh Al-Asa;ari untuk membela keyakinannya adalah firman Allah:
والله
خلقكم وما تعملون (الصافات : 6۹)
Artinya::
"Tuhan
menciptakan kamu apa yang kamu perbua". (Q.S. Ash-Shaffat [37]:96)
Wama
ta'malun pada ayat diatas di artikan al-asy'ari dengan apa yang kamu perbuat
dan bukan apa yang kamu perbuat.denga demikian, ayat inimengandung arti Allah
menciptakan kamu dan perbuatan-perbuatanmu dengan kata lain, dalam faham
asy'ari, yang mewujudkan kasb atau perbuatann manusia sebenarnya adalah Tuhan
sendiri.
Pada
prinsipnya aliran asy'ariyah berpendapat bahwa perbuatan manusia diciptakan
Allah, sedangkan daya manusia tidak mempunyai efek untuk mewujudkannya. Allah
menciptakan perbuatan untuk manusia dan menciptakan pula pada diri manusia,
daya untuk melahirkan perbuatan tersebut. Jadi, perbuatan di sini adalah
ciptaan Allah dan merupakan kasb (perolehan) bagi manusia. Dengan demikian kasb
mempunyai pengertian penyertaan perbuatan dengan daya manusia yang baru. Ini
berimplikasi bahwa perbuatan manusia di barengi oleh daya kehendaknya, dan
bukan atas daya kehendaknya.
C. Aliran Maturidiyah
Ada
perbedaan antara Maturidiyah Samarkand dan Maturidiyah bukhara mengenai
perbuatan manusia. Kelompok pertama lebih dekat dengan faham mu'tazilah,
sedangkan kelompok kedua lebih dekat dengan faham Asy'ariyah. Kehendak dan daya
berbuat pada diri manusia, menurut Maturidiyah Semarkand, adalah kehendak dan
daya manusia dalam kata arti sebenarnya, dan bukan dari kiasan. Perbedaannya
dengan Mu'tazilah adalah bahwa daya untuk berbuat tidak di ciptakan sebelumnya,
tetapi bersama-sama dengan perbuatannya. Daya yang demikian porsinya lebih
kecil dari pada daya yang terdapat dalam faham Mu'tazilah.oleh karena itu,
manusia dalam faham Al-Maturidi, tidaklah sebebas manusia dalam Mu'tazilah.
Maturidiyah
Bakhara dalam banyak hal sependapat dengan maturiyah samarkand. Hanya saja
golongan ini memberikan tambahan dalam masalah daya. Manusia tidak mempunyai
daya untuk melakukan perbuatan, hanya Tuhan lah yang dapat menciptakan, dan
manusia hanya dapat melakukan perbuatan yang telah diciptakan Tuhan baginya.
Asal-Usul Maturidiya
Aliran
maturidiyah lahir di samarkand, pertengahan kedua dari abad IX M. pendurinya
adalah Abu Mansur Muhammad ibn Muhammad ibn Mahmud Almaturidi. Riwayatnya tidak
banyak diketahui. Ia sebagai pengikut Abu Hanifa sehingga paham teologinya
memiliki banyak persamaan dengan paham-paham yang dipegang Abu Hanifa. Sistem
pemikiran aliran maturidiyah, termasuk golongan teologi ahli sunah.
Untuk
mengetahui sistem pemikiran Al-maturidi, kita bisa meninggalkan pikiran-pikiran
Asy’aryah dan aliran mu’tasilah, sebab ia tidak lepas dari suasana zamannya.
Maturidiyah dan asy’aryah sering terjadi persamaan pendapat karena persamaan
lawan yang dihadapinya yaitu mu’tazilah. Namun, perbedaan dan persamaannya
masih ada.
Al-Maturidi
dalam pemikiran teologinya banyak menggunakan rasio. Hal ini mungkin banyak
dipengaruhi oleh Abu Hanifa karena Al-maturidi sebagai pengikat Abu Hanifa. Dan
timbulnya aliran ini sebagai reaksi terhadap mu’tazilah.
Pokok-Pokok
Ajaran Maturidiyah, adalah:
1.
Kewajin mengetahui Tuhan. Akal semata-mata sanggup mengetahui Tuhan. Namun itu
tidak sanggup dengan sendirinya hukum-hukum takliti (perintah-perintah Allah
SWT)
2.
Kebaikan dan kerburukan dapat diketahui dengan akal
3.
Hikmah dan tujuan perbuatan Tuhan
Perbuatan
Tuhan mengandung kebijaksanaan (hikmah). Baik dalam cipta-ciptaannya maupun
perintah dan larang-larangannya, perbuatan manusia bukanlah merupakan paksaan
dari Allah, karena itu tidak bisa dikatakan wajib, karena kewajiban itu
mengandung suatu perlawanan dengan iradahnya
Golongan-Golongan Didalam Maturidiyah
Ada dua golongan
didalam maturidiyah yaitu ;
1. Golongan Samarkand
Yang
menjadi golongan ini dalah pengikut Al-maturidi sendiri, golongan ini cenderung
ke arah paham mu’tazilah, sebagaimana pendapatnya soal sifat-sifat Tuhan,
maturidi dan asy’ary terdapat kesamaan pandangan, menurut maturidi, Tuhan
mempunyai sifat-sifat, Tuhan mengetahui bukan dengan zatnya, melainkan dengan
pengetahuannya. Begitu juga Tuhan berkuasa dengan zatnya. Mengetahui
perbuatan-perbuatan manusia maturidi sependapat dengan golongan mu’tazilah,
bahwa manusialah sebenarnya menwujudkan perbuatan-perbutannya. Apabila ditinjau
dari sini, maturidi berpaham qadariyah.
Maturidi
menolak paham-paham mu’tazilah, antara lain dalam soal Tidak sepaham mengenai
pendapat mu’tazilah yang mengatakan bahwa Al-Qur’an itu makhluk.
Al-Salah
wa Al-Aslah
Paham posisi menengah kaum Mu’tazilah Namun
Maturidi juga sepaham dengan Mu’tazilah dalam soal al-waid wa al-waid. Bahwa
janji dan ancaman Tuhan, kelak pasti terjadi. Demikian pula masalah
Antropomorphisme. Dimana Maturidi berpendapat bahwa tangan wajah Tuhan, dan
sebagainya seperti pengambaran Al-Qur’an. Mesti diberi arti kiasan (majazi).
Dalam hal ini. Maturidi bertolak belakang dengan pendapat Asy’ary yang
menjelaskan bahwa ayat-ayat yang menggambarkan Tuhan mempunyia bentuk jasmani tak
dapat diberi interpretasi (ditakwilkan)
2. Golongan Bukhara
Golongan
Bukhara ini dipimpin oleh Abu Al-yusr Muhammad Al-Bazdawi. Dia merupakan
pengikut maturidi yang penting dan penerus yang baik dalam pemikirannya. Nenek
Al-Bazdawi menjadi salah satu murid maturidi. Dari orang tuanya, Al-Bazdawi
dapat menerima ajaran maturidi.
Dengan
demikian yang di maksud golongan Bukhara adalah pengikut-pengikut Al-Bazdawi di
dalam aliran Al-maturidiyah, yang mempunyai pendapat lebih dekat kepada
pendapat-pendapat Al-asy’ary.
Namun
walaupun sebagai aliran Maturidiyah. Al-Bazdawi tidak selamanya sepaham dengan
maturidi. Ajaran-ajaran teologinya banyak dianut oleh sebagin umat Islam yang
bermazab Hanafi. Dan pemikiran-pemikiran maturidiya sampai sekarang masih hidup
dan berkembang dikalangan umat Islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulannya
Dari
beberapa penjelasan diatas memjelaskan pemikiran dan sudut pandang dalam
menyikapi Tuhan dengan manusia adalah Tuhan sebagai pencipta alam, sedangkan
manusia berpihak sebagai pihak yang berkreasi untuk mengubah bentuknya.
Aliran
Asy'ariyah berpendapat bahwa perbuatan manusia diciptakan Allah, sedangkan daya
manusia tidak mempunyai efek untuk mewujudkannya. Allah menciptakan perbuatan
untuk manusia dan menciptakan pula pada diri manusia, daya untuk melahirkan
perbuatan tersebut.
Menurut
aliran Al-Maturidi dalam pemikiran teologinya banyak menggunakan rasio. Hal ini
mungkin banyak dipengaruhi oleh Abu Hanifa karena Al-maturidi sebagai pengikat
Abu Hanifa. Dan timbulnya aliran ini sebagai reaksi terhadap mu’tazilah.
B. Saran
Dari
beberapa uraian di atas yang telah kami susun sangatlah sesuai dengan apa yang
telah di sebutkan dalam buku (ilmu kalam) dan dari semua itu merupakan hasil
pemikiran yang telah kami kembangkan.
Dengan
adanya makalah ini maka dapat kami sarankan bahwa kita selaku umat islam
haruslah benar-benar berprilaku yang baik dan bertindak dengan baik supaya
tidak menyimpang dari ranah-ranah yang telah ditentukan oleh Allah SWT dan
dicontohkan terhadap Nabi Muhammad SAW. Dan dengan tersusunnya makalah inipula
lah kita jadikan sebagai bahan acuan dan pertimbangan. Walaupun semua pendapat
manusia itu belum tentu selamanya benar dan juga salah.
0 Response to "Makalah Perbuatan Manusia Lengkap Singkat"
Post a Comment