Tari lengger
Sejarah tari Lengger
Sejarah Tari Lengger Tari Lengger menurut ceritanya
sudah ada sejak zaman pemerintahan Prabu Brawijaya yang kemudian diadopsi oleh
agama Islam untuk menyebarkan agama Islam diseluruh Nusantara. Tari ini berawal
ketika Raja Brawijaya yang kehilangan putrinya, Dewi Sekartaji, mengadakan
sayembara untuk memberikan penghargaan bagi siapa pun yang bisa menemukan sang
putri. Bila pria yang menemukan akan dijadikan suami sang putri dan jika wanita
maka akan dijadikan saudara. Sayembara yang dikuti oleh banyak ksatria ini
akhirnya tinggal menyisakan dua peserta yaitu Raden Panji Asmoro Bangun yang
menyamar dengan nama Joko Kembang Kuning dari Kerajaan Jenggala. Satu lagi,
Prabu Klono dari Kerajaan Sebrang, merupakan orang yang menyebabkan sang putri
kabur karena sang raja menjodohkannya.
Dalam pencarian tersebut, Joko Kembang Kuning yang disertai pengawalnya menyamar sebagai penari keliling yang berpindah-pindah dari satu desa ke desa lain. Lakon penarinya adalah seorang pria yang memakai topeng dan berpakaian wanita dengan diiringi alat musik seadanya. Ternyata dalam setiap pementasannya tari ini mendapat sambutan yang meriah. Sehingga dinamai Lengger, yang berasal dari kata ledek (penari) dan ger atau geger (ramai atau gempar). Hingga di suatu desa, tari Lengger ini berhasil menarik perhatian Putri Dewi Sekartaji dari persembunyiannya.
Namun pada saat yang bersamaan Prabu Klono juga telah mengetahui keberadaan Sang Putri, mengutus kakaknya Retno Tenggaron yang disertai prajurit wanita untuk melamar Dewi Sekartaji. Namun lamaran itu ditolak Dewi sehingga terjadilah perkelahian dan Retno Tenggaron yang dimenangi Sang Putri.Sementara Prabu Klono dan Joko Kembang Kuning tetap menuntut haknya pada raja. Hingga akhirnya raja memutuskan agar kedua kontestan itu untuk bertarung. Dalam pertarungan, Joko Kembang Kuning yang diwakili oleh Ksatria Tawang Alun berhasil menewaskan Prabu Klono. Di akhir kisah Joko Kembang Kuning dan Dewi Sekartaji menikah dengan pestanya disemarakkan dengan hiburan Tari Topeng Lengger. Lengger yang pada zaman Kerajaan Hindu Brawijaya merupakan Ledek Geger (penari yang mengundang keramaian), mengalami perkembangan saat kerajaan-kerajaan Islam mulai berdiri. Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu wali yang menggunakan pendekatan seni dan budaya dalam berdakwah, menjadikan tari Lengger sebagai media untuk mensyiarkan Islam.
Tari Lengger berasal dari kata “elinga ngger”. Yang artinya ingatlah nak. Lengger tersebut bermakna petuah atau nasehat agar kita selalu ingat kepada Tuhan yang Maha Esa, untuk b atau berbuat baik kepada semua orang. Pada saat itu, hiburan yang disenangi oleh masyarakat adalah Tayub atau Ledek. Pada saat masyarakat sedang mengadakan hiburan Tayub atau Ledek, Sunan Kalijaga hadir pula ditengah-tengah para penonton. Apabila sudah tiba saatnya untuk sholat, baik itu sholat Dzuhur, ‘Ashar, Maghrib, Isya’, maupun Shubuh, Sunan Kalijaga selalu mengingatkan dengan kata elinga ngger iki wis wayahe padha shalat age padha shalat dhisik (ingatlah nak saatnya sholat, mari kita sholat dulu). Dengan kata elinga ngger maka timbul kata Lengger
Dalam pencarian tersebut, Joko Kembang Kuning yang disertai pengawalnya menyamar sebagai penari keliling yang berpindah-pindah dari satu desa ke desa lain. Lakon penarinya adalah seorang pria yang memakai topeng dan berpakaian wanita dengan diiringi alat musik seadanya. Ternyata dalam setiap pementasannya tari ini mendapat sambutan yang meriah. Sehingga dinamai Lengger, yang berasal dari kata ledek (penari) dan ger atau geger (ramai atau gempar). Hingga di suatu desa, tari Lengger ini berhasil menarik perhatian Putri Dewi Sekartaji dari persembunyiannya.
Namun pada saat yang bersamaan Prabu Klono juga telah mengetahui keberadaan Sang Putri, mengutus kakaknya Retno Tenggaron yang disertai prajurit wanita untuk melamar Dewi Sekartaji. Namun lamaran itu ditolak Dewi sehingga terjadilah perkelahian dan Retno Tenggaron yang dimenangi Sang Putri.Sementara Prabu Klono dan Joko Kembang Kuning tetap menuntut haknya pada raja. Hingga akhirnya raja memutuskan agar kedua kontestan itu untuk bertarung. Dalam pertarungan, Joko Kembang Kuning yang diwakili oleh Ksatria Tawang Alun berhasil menewaskan Prabu Klono. Di akhir kisah Joko Kembang Kuning dan Dewi Sekartaji menikah dengan pestanya disemarakkan dengan hiburan Tari Topeng Lengger. Lengger yang pada zaman Kerajaan Hindu Brawijaya merupakan Ledek Geger (penari yang mengundang keramaian), mengalami perkembangan saat kerajaan-kerajaan Islam mulai berdiri. Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu wali yang menggunakan pendekatan seni dan budaya dalam berdakwah, menjadikan tari Lengger sebagai media untuk mensyiarkan Islam.
Tari Lengger berasal dari kata “elinga ngger”. Yang artinya ingatlah nak. Lengger tersebut bermakna petuah atau nasehat agar kita selalu ingat kepada Tuhan yang Maha Esa, untuk b atau berbuat baik kepada semua orang. Pada saat itu, hiburan yang disenangi oleh masyarakat adalah Tayub atau Ledek. Pada saat masyarakat sedang mengadakan hiburan Tayub atau Ledek, Sunan Kalijaga hadir pula ditengah-tengah para penonton. Apabila sudah tiba saatnya untuk sholat, baik itu sholat Dzuhur, ‘Ashar, Maghrib, Isya’, maupun Shubuh, Sunan Kalijaga selalu mengingatkan dengan kata elinga ngger iki wis wayahe padha shalat age padha shalat dhisik (ingatlah nak saatnya sholat, mari kita sholat dulu). Dengan kata elinga ngger maka timbul kata Lengger
Properti
untuk penari wanita biasanya
menggunakankemben, kain jarit, mahkota, dan selendang, di padukan
dengan tata rias yang nembuat penari terlihat cantik dan menawan. Untuk penari
pria biasanya hanya menggunakan baju panjang atau rompi, celana setinggi lutut,
kai jarit sepanjang paha, ikat kepala, dan topeng. Untuk topeng yang di gunakan
biasanya menggambarkan tokoh yang mereka mainkan.
Musik Yang Mengiringi
Gong,Kendang,Gambang,Bonang,Demung,Kempul,Peking,dan lain lain
Karya tari Lengger memakai musik karawitan dengan mengambilpola-pola dan tehnik tabuh etnis Madura Pendalungan yangdikembangkan
Gong,Kendang,Gambang,Bonang,Demung,Kempul,Peking,dan lain lain
Karya tari Lengger memakai musik karawitan dengan mengambilpola-pola dan tehnik tabuh etnis Madura Pendalungan yangdikembangkan
Sinopsis
Pada saat ini, ternyata strategi
dakwah para wali, khusunya Sunan Kalijaga masih sangat diperlukan untuk
digunakan. Terutama kepada masyarakat Jawa pedesaan yang masih
Tata Rias
Pemakaian
rias dalam karya tari yang berjudul Lengger cenderungpada rias cantik-
Kelopak mata bagian bawah berwarna biru-
Kelopak mata bagian tengah berwarna merah-
Kelopak mata bagian pojok atas berwarna putih-
Alis berwarna hitam-
Merah
pipi berwarna merah
Tari Angguk
Tari Angguk adalah tarian tradisional yang
berasal dari Wonosobo dan menceritakan kisah tentang
Umarmoyo-Umarmadi dan Wong Agung Jayengrono dalamSerat Ambiyo. Tarian ini dimainkan secara berkelompok oleh 15 penari
wanita yang berkostum menyerupai serdadu Belanda dan dihiasi gombyok barang emas, sampang, sampur, topi pet warna
hitam, dan kaus kaki warna merah atau kuning dan mengenakan kacamata hitam.
Tarian ini biasanya dimainkan selama durasi 3 hingga 7 jam.
Pada mulanya Tari Angguk
adalah tari permainan atau hiburan yang biasa dimainkan oleh muda- mudi. Namun
dalam perkembangannya Tari Angguk mulai disisipin hal-hal mistis. Konon, Tari Angguk juga dianggap
bisa mengundang roh halus untuk ikut bermain dengan menggunakan media tubuh sang
penari.
Pada mulanya angguk
hanya dimainkan oleh kaum laki-laki saja. Namun, dalam perkembangan selanjutnya
tarian ini juga dimainkan oleh kaum perempuan. Para pemain angguk ini
mengenakan busana yang terdiri dari dua macam, yaitu busana yang dikenakan oleh
kelompok penari dan busana yang dikenakan oleh kelompok pengiring.
Property
baju berwarna hitam berlengan panjang yang dibagian dada dan punggungnya diberi hiasan lipatan-lipatan kain kecil yang memanjang serta berkelok-kelok
celana sepanjang lutut yang dihiasi pelet vertikal berwarna merah-putih di sisi luarnya
topi berwarna hitam dengan pinggir topi diberi kain berwarna merah-putih dan kuning emas. Bagian depan topi ini memakai “jambul” yang terbuat dari rambut ekor kuda atau bulu-bulu
selendang yang digunakan sebagai penyekat antara baju dan celana
kacamata hitam
kaus kaki selutut berwarna merah atau kuning
rompi berwarna-warni
musik yang mengiringi
kendang,
bedug,
tambur,
kencreng,
rebana(2buah)terbang,
besarjedor
dan lain lain
sinopis
tari angkluk kini kian mistis
tata rias
Pemakaian rias dalam karya tari yang berjudul angguk cenderung pada rias cantik-
baju berwarna hitam berlengan panjang yang dibagian dada dan punggungnya diberi hiasan lipatan-lipatan kain kecil yang memanjang serta berkelok-kelok
celana sepanjang lutut yang dihiasi pelet vertikal berwarna merah-putih di sisi luarnya
topi berwarna hitam dengan pinggir topi diberi kain berwarna merah-putih dan kuning emas. Bagian depan topi ini memakai “jambul” yang terbuat dari rambut ekor kuda atau bulu-bulu
selendang yang digunakan sebagai penyekat antara baju dan celana
kacamata hitam
kaus kaki selutut berwarna merah atau kuning
rompi berwarna-warni
musik yang mengiringi
kendang,
bedug,
tambur,
kencreng,
rebana(2buah)terbang,
besarjedor
dan lain lain
sinopis
tari angkluk kini kian mistis
tata rias
Pemakaian rias dalam karya tari yang berjudul angguk cenderung pada rias cantik-
Kelopak mata bagian bawah berwarna biru
Kelopak mata bagian tengah berwarna biru
Kelopak mata bagian pojok atas berwarna putih
Alis berwarna hitam
bibir berwarna merah
busana
kaos kaki, rompi, selendang, celana, jlipatan kain, kacamata,
bibir berwarna merah
busana
kaos kaki, rompi, selendang, celana, jlipatan kain, kacamata,
TARI CEPETAN
Dinamakan tari cepetan karena wajah para
penarinya di corang – coreng ( Jawa = cepat-cepot ), namun dalam
perkembangannya tidak lagi di coreng-coreng tapi hanya dengan menggunakan kain
penutup. Lagu yang dibawakan berbahasa Indonesia yang kurang sempurna dan
bernafaskan Islami.
property
memakai pakaian serba hitam
wik rambut
penutup kepala hitam
topeng
jarit yang di ikat di pinggan
sinopis
tari asal wonosobo yang kurang sempurna
Tata rias
muka di corang coreng hitam
musik yang mengiringi
Gong,Kendang,Gambang,Bonang,Demung,Kempul,Peking,dan lain lain
muka di corang coreng hitam
musik yang mengiringi
Gong,Kendang,Gambang,Bonang,Demung,Kempul,Peking,dan lain lain
0 Response to "Contoh Tari Khas Tradisional Wonosobo"
Post a Comment