Peran MAULANA MALIK
IBRAHIM dalam penyebaran Islam
Siapa Maulana Malik Ibrahim itu?
Maulana Malik Ibrahim adalah salah satu di antara sembilan
wali (walisongo) di Jawa. “Walisongo” adalah sejumlah wali yang memiliki
kontribusi besar dalam penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Mereka
adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan
Drajad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati.
Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain
mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah maka dalam hubungan
guru-murid.
Maulana Malik Ibrahim disebut juga Sunan Gresik atau Syekh
Maghribi atau Makhdum Ibrahim Al-Samarqandi. Orang Jawa menyebutnya
Asmorokondi. Sebutan Syekh Maghribi menisbahkan asal keturunannya dari Maghrib,
atau Maroko, Afrika Utara. Babad Tanah Jawi versi J.J. Meinsma menyebutkan,
bahwa Maulana Malik Ibrahim adalah anak dari Syekh Jumadil Qubro yang lahir di
Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14 dan meninggal di Gresik, tahun
1419 M/882 H. Maulana Malik Ibrahim adalah bersaudara dengan Maulana Ishaq,
ayah dari Raden Paku atau Sunan Giri.
Dalam buku The History of Java, Raffles menyebutkan bahwa
Mulana Ibrahim adalah keturunan Zainal Abidin, dan sepupu Raja Chermen.
Sementara itu pembacaan J.P. Moquette pada prasasti makamnya di desa Gapura
Wetan, Gresik menyatakan bahwa beliau berasal dari Kasan, suatu tempat di Iran
sekarang.
Maulana Malik Ibrahim memiliki silsilah keturunan yang dekat
dengan Rasulullah saw. melalui jalur Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin,
Muhammad al-Baqir, Ja’far ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa
ar-Rumi, Ahmad al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus
Saumbeliauh, Alwi ats-Tsani, Ali Khali’ Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi
Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah
Jalal, Jamaluddin Akbar al-Husain (Maulana Akbar), dan Maulana Malik Ibrahim.
Maulana Malik Ibrahim termasuk orang pertama yang
menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, dan merupakan wali senior di antara para
Walisongo lainnya. Dengan ditemani oleh beberapa sahabatnya beliau datang
pertama kali di desa Sembalo (sekarang Leran), Kecamatan Manyar, 9 kilometer
arah utara kota Gresik. Sebagaimana Rasulullah saw. beliau menyebarkan Islam
dimuali dengan mendirikan masjid di desa Pasucinan (Suci), Manyar.
Sebelum masuk tanah Jawa, Maulana Malik Ibrahim bermukim di
Champa (dalam Legenda disebut sebagai negeri Chermain atau Cermin) selama tiga
belas tahun. Beliau menikahi putri raja yang memberinya dua putra, yaitu Raden
Rahmat atau Sunan Ampel dan Sayid Ali Murtadha atau Raden Santri. Setelah cukup
menjalankan misi dakwah di negeri itu, beliau hijrah ke pulau Jawa dan
meninggalkan keluarganya. Setelah dewasa, kedua anaknya mengikuti jejaknya menyebarkan
agama Islam di pulau Jawa.
Dari kecil Maulana Malik Ibrahim adalah termasuk anak yang
cerdas dan alim serta berwatak mulia. Sesudah mendapat didikan agama dari
ayahnya, kemudian pada abad XIII Masehi (801 H) oleh ayahnya ditugaskan untuk
menjalankan dakwah Islam menuju ke Asia Tenggara. Dengan perahu layar,
melintasi samudra yang luas di sertai debur ombak dan angin taufan yang dasyat,
beliau bertekad bulat menjalankan missinya. Hingga akhirnya sampailah di
pelabuhan Gresik, salah satu pelabuhan yang cukup besar di Asia Tenggara pada
saat itu, dan menjadi Bandar Kerajaan Majapahit. Setelah mendarat di kota
Gresik, beliau memilih tempat di sebuah desa bernama Leran (kira-kira 9 km
sebelah utara kota Gresik).
Di desa itulah, pada tahun 801 H/1392 M. beliau mulai
menjalankan dakwah Islam. Di samping itu beliau juga membuka toko di desa Romo
(3 km sebelah barat kota Gresik). Dengan memperkenalkan barang-barang bawaannya
kepada masyarakat setempat beliau juga mempelajari bahasa daerah demi
mempermudah kelancaran dakwahnya. Dalam waktu yang relatif singkat, beliau
akhirnya dapat menyesuaikan diri pada masyarakat setempat baik dalam menghadiri
upacara-upacara perkawinan maupun acara-acara lainnya. Bahkan beliau menjadi
juru damai apabila menemui masyarakat yang berselisih, hingga beliau terkenal
dan disegani oleh masyarakat sekitarnya. Akhirnya, berkat Taufik dan Hidayah
Allah SWT satu demi satu mereka memeluk agama Islam.
Maulana Malik Ibrahim adalah di antara sembilan wali yang
tertua. Sunan Ampel adalah anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah
keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan
Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan
sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan
Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain,
kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.
Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga
pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di
Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat.
Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya.
Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan,
bercocok tanam, kesenian, hingga pemerintahan.
Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi
pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke
seluruh wilayah Timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya
ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan
Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang.
Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha
dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah
simbol penyebaran Islam di Indonesbeliau. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh
lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam
mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan
masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat “sembilan wali”
ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam
penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri
sebagai “Tabib” bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para
kolonialis sebagai “Paus dari Timur” hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya
kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni
nuansa Hindu dan Budha. Setelah selesai membangun dan menata pondokan tempat
belajar agama di Leran, tahun 1419 Maulana Malik Ibrahim wafat.
Islamisasi Jawa
Aktivitas pertama yang dilakukan oleh Maulana Malik Ibrahim
ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung yang menyediakan
kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga
menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib,
beliau pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Champa atau
Cempa.
Maulana Malik Ibrahim juga mengajarkan cara-cara baru
bercocok tanam. Beliau merangkul masyarakat bawah atau kasta yang disisihkan
dalam komunitas Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat
di hati masyarakat di sekitar, yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi
dan perang saudara. Selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama
di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di
kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.
Pertama-tama yang dilakukan oleh Maulana Malik Ibrahim
adalah mendekati masyarakat melalui pergaulan dan berdagang. Budi bahasa yang
ramah senantiasa diperlihatkannya di dalam pergaulan sehari-hari. Beliau tidak
menentang secara tajam agama dan kepercayaan yang hidup dari penduduk asli,
melainkan hanya memperlihatkan keindahan dan kabaikan yang dibawa oleh agama
Islam. Berkat keramah-tamahannya, banyak masyarakat yang tertarik masuk ke
dalam agama Islam. Melalui berdagang beliau dapat berinteraksi dengan
masyarakat banyak, selain itu raja dan para bangsawan dapat pula turut serta
dalam kegbeliautan perdagangan tersebut sebagai pelaku jual-beli, pemilik kapal
atau pemodal.
Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim
kemudian melakukan kunjungan ke Ibukota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit
meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan memberikannya
sebidang tanah di pinggiran kota Gresik. Wilayah itulah yang sekarang dikenal
dengan nama desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga mengandung unsur-unsur
kebenaran; mengingat menurut Groeneveldt pada saat Maulana Malik Ibrahim hidup,
di ibukota Majapahit telah banyak orang asing termasuk dari Asia Barat.
Demikianlah, dalam rangka mempersiapkan kader untuk
melanjutkan perjuangan menegakkan ajaran-ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim
membuka pesantren-pesantren yang merupakan tempat mendidik pemuka agama Islam
di masa selanjutnya. Hingga saat ini makamnya masih dizbeliaurahi orang-orang
yang menghargai usahanya menyebarkan agama Islam berabad-abad yang silam.
Setbeliaup malam Jumat Legi, masyarakat setempat ramai berkunjung untuk
berziarah. Ritual ziarah tahunan atau haul juga diadakan setiap tanggal 12
Rabi’ul Awwal, sesuai tanggal wafat pada prasasi makamnya. Pada acara haul
beliau dilakukan khataman Al-Quran, mauludan (pembacaan riwayat Nabi Muhammad),
dan dihidangkan makanan khas bubur yang bernama harisah.
0 Response to "Peran MAULANA MALIK IBRAHIM dalam penyebaran Islam"
Post a Comment