SENGKETA INTERNASIONAL ANTARA THAILAND DAN KAMBOJA
Penyebab Terjadinya Sengketa.
Sengketa Sengketa Kuil Preah Vihear sejak 1962 telah memicu konflik berdarah antara Thailand dan Kamboja. Konflik akibat sengketa kuil tersebut kembali pecah pada 22 April lalu. Pemerintah Kamboja dan Thailand mengklaim bahwa kuil tersebut milik kedua negara. Pada tahun 1962, Mahkamah Internasional di Den Haag memutuskan bahwa candi dari abad ke-11 itu milik Kamboja. Namun gerbang utama candi tersebut berada di wilayah Thailand. Hingga kini, masih tetap terjadi baku tembak di perbatasan dekat candi antara kedua belah pihak, sampa saat ini 18 Prajurit kedua belah pihak dinyatakan tewas dan memicu lebih dari 50 ribu warga dievakuasi ke pusat-pusat pengungsian.
Thailand dan Kamboja juga saling tuding mengenai siapa yang pertama kali menarik pelatuk senjata. Menurut Pemerintah Thailand, insiden dimulai ketika pasukan Kamboja menembaki pihak Thailand. Sedangkan menurut Pemerintah Kamboja, Militer Thailand melanggar garis perbatasan dan menyerang pos militer kami di sepanjang perbatasan dari Ta Krabey hingga wilayah Chub Koki yang berada jauh di tengah wilayah Kamboja. Tujuannya untuk mengambil alih kedua candi yang diklaim milik Kamboja.
Penyelesaian Sengketa.
Pemerintah Kamboja memilih jalan meminta bantuan pengadilan tertinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Negara itu meminta pengadilan internasional memerintahkan Thailand menarik tentaranya dan menghentikan aktivitas militer mereka di sekitar kuil yang menjadi lokasi sengketa. Thailand dan Kamboja selanjutnya meminta kesediaan Indonesia berperan sebagai penengah konflik yang terjadi di antara keduanya. Permintaan ini disambut baik Pemerintah Indonesia dan diwujudkan dengan cara membentuk tim peninjau. Komposisi tim peninjau terdiri dari unsur sipil dan militer, yakni dari staf Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan staf dari Kementerian Pertahanan serta perwira militer TNI.
Indonesia sebagai ketua ASEAN sejak awal terjadinya bentrokan telah turut andil dalam upaya mendamaikan kedua negara. Peran serta Indonesia didukung penuh oleh Kamboja yang menyetujui rencana pengiriman tim peninjau dari Indonesia untuk mengawasi gencatan senjata. Namun pada akhirnya pihak Thailand menentang yang mengatakan bahwa permasalahan perbatasan seharusnya adalah masalah bilateral dan tidak melibatkan pihak ketiga.
Konflik Kamboja-Thailand ini juga menjadi pembahasan dalam pertemuan KTT ASEAN ke-18 di Jakarta. Pada tanggal 7-8 di Istana Bogor. Perundingan tersebut tidak menghasilkan kesepakatan apapun. Hal ini dikarenakan Thailand menolak tiga permintaan Kamboja terkait usaha demokrasi perbatasan.
Salah satu tuntutan Kamboja untuk Thailand adalah diadakannya kembali pertemuan pembahasan perbatasan atau pertemuan Joint Border Commission (JBC) di Indonesia. Indonesia dipilih sebagai tempat pertemuan JBC karena Indonesia sebagai ketua ASEAN telah diberi mandat oleh Dewan Keamanan PBB untuk menengahi perselisihan kedua Negara. Pihak Thailand menolak hal ini. Mereka menginginkan JBC hanya dilakukan oleh kedua negara (Kamboja dan Thailand), tanpa peran Indonesia.
Tuntutan lain yang ditolak Thailand adalah dikirimkannya tim teknis dari Kamboja ke 23 titik perbatasan yang dipersengketakan kedua negara, dan dilakukannya foto pemetaan wilayah untuk mengidentifikasi pilar perbatasan. Thailand menolak memenuhi tuntutan tersebut ialah karena mereka harus terlebih dahulu mengajukan hal itu kepada parlemen Thailand untuk diratifikasi. Thailand berprinsip, tuntutan baru dapat dipenuhi apabila ratifikasi telah dilakukan. Di sisi lain, Kamboja menilai permintaan izin kepada parlemen Thailand adalah prosedur yang terlalu lama dan bertele-tele. Menurut Kamboja, itulah sebabnya hingga kini perundingan perbatasan antarkedua negara tidak pernah rampung. Kamboja pun menuduh Thailand tidak serius menerapkan diplomasi damai dalam berunding.
Penyebab Terjadinya Sengketa.
Sengketa Sengketa Kuil Preah Vihear sejak 1962 telah memicu konflik berdarah antara Thailand dan Kamboja. Konflik akibat sengketa kuil tersebut kembali pecah pada 22 April lalu. Pemerintah Kamboja dan Thailand mengklaim bahwa kuil tersebut milik kedua negara. Pada tahun 1962, Mahkamah Internasional di Den Haag memutuskan bahwa candi dari abad ke-11 itu milik Kamboja. Namun gerbang utama candi tersebut berada di wilayah Thailand. Hingga kini, masih tetap terjadi baku tembak di perbatasan dekat candi antara kedua belah pihak, sampa saat ini 18 Prajurit kedua belah pihak dinyatakan tewas dan memicu lebih dari 50 ribu warga dievakuasi ke pusat-pusat pengungsian.
Thailand dan Kamboja juga saling tuding mengenai siapa yang pertama kali menarik pelatuk senjata. Menurut Pemerintah Thailand, insiden dimulai ketika pasukan Kamboja menembaki pihak Thailand. Sedangkan menurut Pemerintah Kamboja, Militer Thailand melanggar garis perbatasan dan menyerang pos militer kami di sepanjang perbatasan dari Ta Krabey hingga wilayah Chub Koki yang berada jauh di tengah wilayah Kamboja. Tujuannya untuk mengambil alih kedua candi yang diklaim milik Kamboja.
Penyelesaian Sengketa.
Pemerintah Kamboja memilih jalan meminta bantuan pengadilan tertinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Negara itu meminta pengadilan internasional memerintahkan Thailand menarik tentaranya dan menghentikan aktivitas militer mereka di sekitar kuil yang menjadi lokasi sengketa. Thailand dan Kamboja selanjutnya meminta kesediaan Indonesia berperan sebagai penengah konflik yang terjadi di antara keduanya. Permintaan ini disambut baik Pemerintah Indonesia dan diwujudkan dengan cara membentuk tim peninjau. Komposisi tim peninjau terdiri dari unsur sipil dan militer, yakni dari staf Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan staf dari Kementerian Pertahanan serta perwira militer TNI.
Indonesia sebagai ketua ASEAN sejak awal terjadinya bentrokan telah turut andil dalam upaya mendamaikan kedua negara. Peran serta Indonesia didukung penuh oleh Kamboja yang menyetujui rencana pengiriman tim peninjau dari Indonesia untuk mengawasi gencatan senjata. Namun pada akhirnya pihak Thailand menentang yang mengatakan bahwa permasalahan perbatasan seharusnya adalah masalah bilateral dan tidak melibatkan pihak ketiga.
Konflik Kamboja-Thailand ini juga menjadi pembahasan dalam pertemuan KTT ASEAN ke-18 di Jakarta. Pada tanggal 7-8 di Istana Bogor. Perundingan tersebut tidak menghasilkan kesepakatan apapun. Hal ini dikarenakan Thailand menolak tiga permintaan Kamboja terkait usaha demokrasi perbatasan.
Salah satu tuntutan Kamboja untuk Thailand adalah diadakannya kembali pertemuan pembahasan perbatasan atau pertemuan Joint Border Commission (JBC) di Indonesia. Indonesia dipilih sebagai tempat pertemuan JBC karena Indonesia sebagai ketua ASEAN telah diberi mandat oleh Dewan Keamanan PBB untuk menengahi perselisihan kedua Negara. Pihak Thailand menolak hal ini. Mereka menginginkan JBC hanya dilakukan oleh kedua negara (Kamboja dan Thailand), tanpa peran Indonesia.
Tuntutan lain yang ditolak Thailand adalah dikirimkannya tim teknis dari Kamboja ke 23 titik perbatasan yang dipersengketakan kedua negara, dan dilakukannya foto pemetaan wilayah untuk mengidentifikasi pilar perbatasan. Thailand menolak memenuhi tuntutan tersebut ialah karena mereka harus terlebih dahulu mengajukan hal itu kepada parlemen Thailand untuk diratifikasi. Thailand berprinsip, tuntutan baru dapat dipenuhi apabila ratifikasi telah dilakukan. Di sisi lain, Kamboja menilai permintaan izin kepada parlemen Thailand adalah prosedur yang terlalu lama dan bertele-tele. Menurut Kamboja, itulah sebabnya hingga kini perundingan perbatasan antarkedua negara tidak pernah rampung. Kamboja pun menuduh Thailand tidak serius menerapkan diplomasi damai dalam berunding.
Malaysia
vs China
Salah satu sengketa perbatasan terbesar yang melibatkan Malaysia adalah perebutan Kepulauan Spratly di Laut China Selatan. Gugusan terumbu karang yang diyakini kaya minyak ini diperebutkan oleh Malaysia, Filipina, Taiwan, China dan Vietnam.
Malaysia adalah negara terakhir yang mengklaim Spratly, yaitu pada 1979 dengan menunjukkan peta perbatasan laut mereka. Klaim Malaysia ini diprotes China, Vietnam dan Filipina, serta memicu sengketa baru dengan Singapura dan Indonesia terkait pulau-pulau yang baru pertama kali muncul dalam peta tersebut.
Malaysia mengklaim puluhan pulau kecil di Spratly yang terletak 200 mil laut dari Zona Ekonomi Eksklusif mereka.
Hingga saat ini, sengketa ini masih belum menemui titik terang. Tahun 2002 ditetapkan "Deklarasi Perilaku Pihak-pihak di Laut China Selatan" yang berhasil meredam ketegangan di perairan ini. Namun, deklarasi ini bukanlah "tata berperilaku" yang mengikat seperti yang diinginkan oleh banyak pihak.
Kini beberapa negara pengklaim menuduh China mulai berusaha menguasai Spratly, ditandai oleh reklamasi untuk landasan udara militer. Selain diyakini kaya minyak dan gas, wilayah ini merupakan jalur pelayaran dagang terbesar.
Salah satu sengketa perbatasan terbesar yang melibatkan Malaysia adalah perebutan Kepulauan Spratly di Laut China Selatan. Gugusan terumbu karang yang diyakini kaya minyak ini diperebutkan oleh Malaysia, Filipina, Taiwan, China dan Vietnam.
Malaysia adalah negara terakhir yang mengklaim Spratly, yaitu pada 1979 dengan menunjukkan peta perbatasan laut mereka. Klaim Malaysia ini diprotes China, Vietnam dan Filipina, serta memicu sengketa baru dengan Singapura dan Indonesia terkait pulau-pulau yang baru pertama kali muncul dalam peta tersebut.
Malaysia mengklaim puluhan pulau kecil di Spratly yang terletak 200 mil laut dari Zona Ekonomi Eksklusif mereka.
Hingga saat ini, sengketa ini masih belum menemui titik terang. Tahun 2002 ditetapkan "Deklarasi Perilaku Pihak-pihak di Laut China Selatan" yang berhasil meredam ketegangan di perairan ini. Namun, deklarasi ini bukanlah "tata berperilaku" yang mengikat seperti yang diinginkan oleh banyak pihak.
Kini beberapa negara pengklaim menuduh China mulai berusaha menguasai Spratly, ditandai oleh reklamasi untuk landasan udara militer. Selain diyakini kaya minyak dan gas, wilayah ini merupakan jalur pelayaran dagang terbesar.
Sengketa Antara Inggris – Argentina
1. Penyebab
Terjadinya Senketa
Kepulauan Falkland pada awalnya diperebutkan
Inggris dan Spanyol selama bertahun-tahun. Sampai pada 1816, terjadi
perkembangan baru di Amerika Selatan. Argentina menyatakan merdeka dari jajahan
Spanyol, dan membuat batas wilayah negaranya sampai ke Kepulauan Falkland.
Jadilah kini, Inggris yang berseteru dengan Argentina memperebutkan kepulauan
di Amerika Selatan itu.
Perebutan itu terus berlangsung selama
bertahun-tahun. Bahkan Argentina berhasil memasukkan masalah klaim kepulauan
itu ke Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Pada 1965, PBB mengeluarkan Resolusi 2065
yang menyebutkan perlunya penyelesaian masalah itu, dengan memperhatikan
kepentingan penduduk yang ada di kawasan tersebut.
Pulau Malvinas ditemukan pada tahun 1832 oleh
orang-orang Inggris dan menjadi salah satu koloni Inggris. Argentina sendiri
selalu mengklaim bahwa Malvinas adalah bagian dari kawasan negaranya. Dengan
alasan inilah, Aregentina menyerbu Pulau Malvinas pada tahun 1982. Tindakan
Argentina ini tidak diterima oleh Inggris. Tentara Kerajaan Inggris kemudian
dikirim ke kawasan itu dan terjadilah pertempuran di antara keduanya.
Kecanggihan militer Inggris akhirnya mengantarkan tentara negara itu meraih
kemenangan dan mengusir tentara Argentina dari Malvinas. Meskipun secara
militer Argentina telah kalah, Bounes Aires masih melakukan langkah-langkah
diplomasi untuk memiliki pulau tersebut.
Kemudian tinjauan umum mengenai analisis hukum
Internasional yang mengatur tentang konflik antara Inggris dan Argentina akan
disampaikan dalam makalah ini. Penulis juga memberi contoh-contoh konkrit yang
dihadapi oleh kedua negara ini dan dampak peperangan yang terjadi, dan
hubungannya dengan kajian persfektif hukum internasional agar dapat dipahami
secara detail.
Pada tahun 2003 (19 tahun setelah perang Falkland),
Argentina kembali mempermasalahkan keabsahan pulau Malvinas adalah milik
Inggris. Argentina (walaupun telah kalah dalam perang), tetap ngotot ingin
menjadikan pulau tersebut adalah milik kedaulatan negaranya. Klaim Argentina
terhadap Kepulauan Malvinas yang menyebabkan perang dengan Inggris tetap merupakan
prioritas kebijaksanaan yang tinggi bagi Argentina, kata Menteri Luar Negeri
Argentina, Rafael Bielsa.
Berbicara kepada Komite Dekolonisasi PBB, Bielsa
mengatakan, pemerintah Inggris harus berhenti bersembunyi di belakang perang
tahun 1982 itu untuk menghindari perundingan mengenai isu kedaulatan pulau
tersebut. Inggris menyebut kepulauan itu sebagai Kepulauan Falklands dan
berhasil mempertahankannya lewat perang tahun 1982 yang dimenangkannya. Merebut
kembali kedaulatan kepulauan itu merupakan “tujuan tak bisa disisihkan bagi
rakyat Argentina,” kata Bielsa dalam persidangan yang khusus disediakan
bagi gugusan pulau Atlantik Selatan.
B. Cara Penyelesaian
Berdasarkan hal tersebut dapat simpulkan untuk
menyelesaikan sengketa kepulauan Malvinas harus berakhir atau final di Mahkamah
Internasional agar tak berselisih dan menjadi dualisme persepsi mengenai
kepemilikan wilayah Falkland, namun diawali dengan:
1. Negosiasi
antara Inggris dan Argentina secara baik baik. Menurut survey masyarakat kedua
belah negara menginginkan adanya kompromi mengenai masalah Malvinas. Momen ini
dapat dimanfaatkan sehingga terjadi kesepakatan mengenai pulau tersebut.
2. Penyelidikan.
Dalam hal ini harus ada penyelidik independen untuk mencari fakta-fakta dalam
sengketa yang pada akhirnya akan menjadi pertimbangan untuk keputusan dalam
penyelesaian sengketa.
3. Mediasi.
Langkah mediasi menurut saya sangat tepat untuk tahapan penyelesaian sengketa
sebelum dibawa ke Mahkamah Internasional jika gagal, terlebih ada banyak pihak
(negara) yang mendorong dan siap memfasilitasi upaya mediasi kedua negara,
antara lain Amerika Serikat. Menteri Luar Negeri Hillary Clinton menyatakan
Amerika Serikat siap membantu Argentina dan Inggris untuk menyelesaikan
sengketa Kepulauan Falkland.”Posisi kami adalah bahwa ini merupakan masalah
yang harus diselesaikan antara Inggris dan Argentina. Apabila kami bisa
membantu memfasilitasi upaya semacam itu, kami siap melakukan itu,” ujar
Hillary di Montevideo, ibu kota Uruguay.
Apabila ketiga tahap tersebut telah dilaksanakan
namun tetap gagal, maka menurut penulis sebaiknya negara yang bersangkutan
mengajukan gugatan ke mahkamah internasional bukan ke badan arbitrase
internasional. Hal ini dikarenakan salah satu kekurangan badan arbitrase
internasional adalah ‘proses penyelesaian sengketa melalui arbitrase tidak
menjamin bahwa putusannya mengikat. Hukum internasional tidak menjamin bahwa
pihak yang kalah/tidak puas dengan putusan akan melaksanakan putusan.
Sedangkan esensi terbesar jika dimasukkan ke
Mahkamah Internasional adalah mengenai efektifitas putusan mahkamah itu
sendiri. Hal ini terkait dengan kualitas pututusan yang tercermin dari argumen
hukum para hakim. Hingga sekarang belum terdengar jika pihak atau salah satu
pihak sampai menggugat putusan Mahkmah atau secara terbuka memprotes keras
putusan Mahkamah. Hal ini menunjukkan bahwa putusan dan wibawa Mahkamah
masih dihormati dengan baik.Sehingga diharapkan sengketa Malvinas akan selesai
dan tidak berlarut larut.
Malaysia vs Thailand
Ada dua wilayah di perbatasan Malaysia-Thailand yang menjadi objek sengketa, yaitu wilayah Bukit Jeli di dekat Sungai Kolok dan perairan dekat Teluk Thailand.
Bukit Jeli adalah wilayah seluas 45 hektar yang dipersengketakan tahun 1990-an saat dilakukan demarkasi oleh Malaysia.
Sementara sengketa Malaysia-Thailand di Teluk Thailand terjadi akibat tumpang tindih klaim perbatasan. Solusi sementara, Malaysia dan Thailand pada 21 Februari 1979 menandatangani nota kesepahaman untuk menciptakan wilayah pengembangan bersama seluas 7.250 km persegi.
Langkah ini kemudian diikuti oleh kesepakatan pada 30 Mei 1990. Berdasarkan kesepakatan ini, kedua negara berhak melakukan eksploitasi bersama sumber daya alam di wilayah pengembangan tersebut.
Kedua sengketa antara Malaysia dan Thailand berakhir tanpa ketegangan bersenjat
Ada dua wilayah di perbatasan Malaysia-Thailand yang menjadi objek sengketa, yaitu wilayah Bukit Jeli di dekat Sungai Kolok dan perairan dekat Teluk Thailand.
Bukit Jeli adalah wilayah seluas 45 hektar yang dipersengketakan tahun 1990-an saat dilakukan demarkasi oleh Malaysia.
Sementara sengketa Malaysia-Thailand di Teluk Thailand terjadi akibat tumpang tindih klaim perbatasan. Solusi sementara, Malaysia dan Thailand pada 21 Februari 1979 menandatangani nota kesepahaman untuk menciptakan wilayah pengembangan bersama seluas 7.250 km persegi.
Langkah ini kemudian diikuti oleh kesepakatan pada 30 Mei 1990. Berdasarkan kesepakatan ini, kedua negara berhak melakukan eksploitasi bersama sumber daya alam di wilayah pengembangan tersebut.
Kedua sengketa antara Malaysia dan Thailand berakhir tanpa ketegangan bersenjat
Malaysia vs Singapura
Malaysia sempat berseteru dengan Singapura terkait wilayah Pedra Branca pada tahun 1979. Kasus ini diselesaikan di Mahkamah Pidana Internasional, ICJ, pada 2008 dengan pembagian wilayah bagi dua negara yang bersengketa.
Sengketa dimulai tahun 1980 saat Singapura mengajukan protes atas peta yang dibuat Malaysia tahun 1979, mencakup pulau Pedra Branca, Middle Rocks dan South Ledge.
Singapura berargumen Pedra Branca adalah adalah terra nullius, atau pulau yang tidak pernah dimiliki oleh negara mana pun. ICJ memenangkan Singapura atas pulau Pedra Branca. Sementara Malaysia mendapatkan Middle Rocks.
Malaysia sempat berseteru dengan Singapura terkait wilayah Pedra Branca pada tahun 1979. Kasus ini diselesaikan di Mahkamah Pidana Internasional, ICJ, pada 2008 dengan pembagian wilayah bagi dua negara yang bersengketa.
Sengketa dimulai tahun 1980 saat Singapura mengajukan protes atas peta yang dibuat Malaysia tahun 1979, mencakup pulau Pedra Branca, Middle Rocks dan South Ledge.
Singapura berargumen Pedra Branca adalah adalah terra nullius, atau pulau yang tidak pernah dimiliki oleh negara mana pun. ICJ memenangkan Singapura atas pulau Pedra Branca. Sementara Malaysia mendapatkan Middle Rocks.
Sengketa Pantai Antara Spanyol dan Gibraltar
Spanyol mengancam menutup ruang udara
bagi penerbangan ke Gibraltar dan memberlakukan pungutan khusus di perbatasan.
Gibraltar Steuerparadies
Spanyol marah karena Gibraltar menenggelamkan 70
blok beton di daerah lepas pantainya. Hal itu dilakukan untuk melindungi
populasi ikan. Tapi blok-blok beton itu merusak pukat para nelayan Spanyol yang
mencari ikan di daerah pantai.
"Suka cita di Gibraltar sudah berakhir!"
kata Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Garcia-Margallo. Ia mengancam akan
menutup ruang udara Spanyol bagi pesawat yang menuju Gibraltar. Semua orang
yang ingin masuk ke Spanyol dari Gibraltar akan ditarik bayaran 50 Euro.
Sengketa daerah pantai antara Spanyol dan
Gibraltar, yang merupakan daerah kekuasaan Inggris, memang sudah terjadi
sebelumnya. Polisi pantai Inggris sering menghalau nelayan Spanyol yang ingin
menangkap ikan dekat pantai. Sementara polisi Spanyol mengirim pengawalan
khusus untuk para nelayan mereka.
Sengketa Daerah Pantai
Gibraltar adalah satu-satunya daerah jajahan
Inggris di selatan Spanyol. Beberapa kali Spanyol menuntut agar kawasan ini
dikembalikan, tapi ditolak Inggris. Dalam beberapa referendum yang
dilaksanakan, hampir semua penduduk Gibraltar yang berjumlah sekitar 30.000
orang memilih berada di bawah administrasi Inggris.
Ketegangan terakhir dipicu oleh pertentangan tentang
daerah pantai. Gibraltar menenggelamkan blok-blok beton yang berfungsi sebagai
karang buatan bagi populasi ikannya. Kelompok pelindung lingkungan Greenpeace
menyambut langkah itu, karena pukat yang dipakai nelayan Spanyol merusak
terumbu karang. "Pukat-pukat ini mencapai dasar laut lalu ditarik oleh
perahu. Ini merusak semua yang ada di dasar laut", kata juru bicara
Greenpeace Elvira Jimenez.
Bagi pemerintah Spanyol, Gibraltar tidak punya
wewenang atas daerah lepas pantai. Jadi mereka seharusnya tidak menenggelamkan
blok-blok beton tanpa ijin Spanyol. Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel
Garcia-Margallo sudah lama mengecam status Gibraltar. Ia menyatakan tidak akan
mengunjungi Gibraltar, selama bendera Spanyol tidak berkibar di wilayah itu.
Tahun 2006 Spanyol dan Inggris pernah membuat
perjanjian untuk mengelola bandara Gibraltar bersama-sama. Tapi belakangan,
ketegangan antara kedua negara meningkat lagi.
Warga Spanyol di Perbatasan Protes
Spanyol memang belum melaksanakan ancamannya
menutup ruang udara dan menarik pungutan khusus 50 Euro. Tapi pengawasan di
daerah perbatasan sekarang sudah diperketat. Semua mobil diperiksa dengan
ketat. Orang harus mengantri lama untuk bisa masuk ke Spanyol. Protes lalu
bermunculan.
Yang protes bukan hanya orang Gibraltar. Ada
sekitar 6.000 warga Spanyol yang setiap hari melewati perbatasan. Walikota La
Linea, Gemma Araujo kesal: "Apa mereka juga harus membayar 50 Euro setiap
hari". La Linea terletak di perbatasan ke Gibraltar.
Para pengusaha La Linea ikut gusar. Selama ini
mereka hidup dari bisnis di kawasan perbatasan. Para pengusaha mengundang
Menteri Luar Negeri Spanyol datang ke La Linea agar bisa mengenal kota itu,
sebelum ia melaksanakan ancamannya.
Uni Eropa mengimbau Spanyol agar tidak melakukan
pengawasan berlebihan di perbatasannya. Menteri Luar Negeri Inggris William
Hague berusaha menenangkan situasi. "Kami setuju untuk bereaksi pada
tindakan konkrit, bukan pada retorika. Kami akan membahas hal ini dengan
Spanyol", kata Hague.
Malaysia vs Indonesia
Malaysia memiliki beberapa sengketa perbatasan dengan Indonesia, di antaranya adalah wilayah Tanjung Datu, Camar Wulan dan Ambalat.
Ambalat yang sekarang tengah ramai diberitakan adalah blok laut yang terletak antara Kalimantan Timur dan Sabah.
Terletak di atas jantung basin Pasifik, Ambalat memiliki kekayaan laut yang kaya, termasuk lebih dari 3.000 spesies ikan dan ratusan koral. Wilayah ini juga punya cadangan minyak dan gas berlimpah yang diperkirakan bisa dieksploitasi hingga 30 tahun lamanya.
Ambalat masuk dalam peta Malaysia tahun 1979, namun Indonesia menolaknya karena peta itu belum terdokumentasikan di Majelis Umum PBB. Kendati masih dalam sengketa, Malaysia telah mengembangkan potensi pariwisata laut di sekitar Ambalat.
Pemerintah Malaysia mengatakan tidak akan membawa perkara ini ke ICJ dan akan memilih jalur diplomatis.
Malaysia memiliki beberapa sengketa perbatasan dengan Indonesia, di antaranya adalah wilayah Tanjung Datu, Camar Wulan dan Ambalat.
Ambalat yang sekarang tengah ramai diberitakan adalah blok laut yang terletak antara Kalimantan Timur dan Sabah.
Terletak di atas jantung basin Pasifik, Ambalat memiliki kekayaan laut yang kaya, termasuk lebih dari 3.000 spesies ikan dan ratusan koral. Wilayah ini juga punya cadangan minyak dan gas berlimpah yang diperkirakan bisa dieksploitasi hingga 30 tahun lamanya.
Ambalat masuk dalam peta Malaysia tahun 1979, namun Indonesia menolaknya karena peta itu belum terdokumentasikan di Majelis Umum PBB. Kendati masih dalam sengketa, Malaysia telah mengembangkan potensi pariwisata laut di sekitar Ambalat.
Pemerintah Malaysia mengatakan tidak akan membawa perkara ini ke ICJ dan akan memilih jalur diplomatis.
Rusia
dan China
telah memveto
resolusi PBB untuk menjatuhkan sanksi terhadap Suriah atas dugaan penggunaan
senjata kimia dalam konflik Suriah. Hal
tersebut merupakan kali ke tujuh bagi Rusia dan kali ke enam bagi China dalam
memveto resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB.
Pemerintah Suriah yang dipimpin oleh Presiden Bashar
al-Assad dituduh melakukan serangan kimia terhadap warga sipilnya. Namun mereka
menyangkal tuduhan tersebut.
Namun, penyelidikan yang dilakukan PBB dan pengawas
penggunaan senjata kimia internasional telah menemukan bukti bahwa Pasukan
Pemerintah Suriah telah melancarkan tiga serangan menggunakan senjata kimia
pada 2014 dan 2015.
Laporan itu menyebut, helikopter pasukan udara Suriah
menjatuhkan gas klorin di area yang dikuasai pemberontak sebanyak dua kali pada
Maret 2015 dan April 2014.
Seperti dikutip dari BBC, Rabu (1/3/2017),
penggunaan gas klorin sebagai senjata telah dilarang di bawah Konvensi Senjata
Kimia pada 1997. Badan pengawas itu juga menggunakan gas sulfur-mustard dalam
serangannya.
Resolusi PBB pada 28 Februari 2017 itu dikeluarkan oleh
Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis. Resolusi tersebut melarang penjualan
helikopter ke Suriah, memicu sanksi terhadap 11 komandan atau pejabat Suriah,
dan 10 kelompok terkait serangan kimia.
Sembilan anggota Dewan Keamanan PBB
mendukung resolusi terkait konflik Suriah
tersebut, sementara China, Rusia, dan Bolivia menyampaikan hak veto. Tiga
negara lain, Mesir, Kazakhtan, dan Ethiopia, memilih abstain.
Untuk meloloskan resolusi, DK PBB perlu dukungan dari
sembilan negara dan tidak ada veto dari lima anggota tetap, yakni AS, Prancis,
Rusia, Inggris, dan China.
Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan bahwa sanksi
terhadap Suriah "benar-benar tidak pantas". Ia menambahkan, hal itu
akan merusak kepercayaan dalam perundingan damai.
Rusia telah lama mendukung Suriah, di mana banyak perwira
militer dilatih dan dilengkapi oleh Rusia.
Moskow mengatakan, dukungan militer dan politik terhadap
Pemerintah Suriah telah membantu negara tersebut memerangi ISIS. Tapi kritikus
Barat menuduh Moskow menargetkan kelompok-kelompok oposisi yang didukung Barat.
Sementara itu Duta Besar China untuk PBB, Liu Jieyi, mengatakan
bahwa Beijing menentang penggunaan senjata kimia. Namun Negeri Tirai Bamu itu
menyebut, terlalu dini untuk menjatuhkan sanksi saat investigasi masih
berlangsung.
Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, menyebut penolakan
resolusi terkait konflik Suriah itu
sebagai sesuatu yang menyedihkan.
"Ini merupakan hari yang menyedihkan di Dewan
Keamanan ketika anggota mulai membuat alasan bagi negara-negara anggota lain
yang membunuh rakyatnya sendiri," ujar Haley.
Sengketa
Pasokan Gas Antara Rusia dan Ukraina
Berlawanan dengan pernyataan Rusia dan Ukraina dalam
sengketa gas, jumlah negara yang mengalami penurunan pasokan gas sehubungan
sengketa gas itu semakin bertambah. Rusia dan Ukraina mengajukan konflik gasnya
kepada UE.
Sementara sengketa gas Rusia Ukraina meruncing, pasokan
gas ke Eropa makin berkurang
Senin (05/01) Kroasia melaporkan turunnya pasokan gas
dari Rusia, setelah akhir pekan lalu Polandia, Rumania, Hungaria, Turki dan
Ceko melaporkan pengiriman gasnya juga berkurang.
Sekitar 80 persen pasokan gas Rusia untuk negara-negara
Eropa Barat mengalir melalui jaringan pipa yang melintasi Ukraina. Menurut
Rusia dua jaringan pipa mengalirkan gas untuk kebutuhan domestik Ukraina dan
tiga jaringan pipa transit. Pasokan gas Rusia untuk negara-negara Uni Eropa
cukup rumit. Pada musim panas sebagian pasokan disimpan sementara di jaringan
pipa bawah tanah Ukraina. Jika pada musim dingin kebutuhan gas Rusia sendiri
lebih tinggi dan memasok gas lebih sedikit, maka Ukraina akan mengambil dari
cadangan gas di jaringan pipa bawah tanah tersebut.
Tepat di hari pertama tahun 2009, perusahaan energi Rusia
Gazprom benar-benar melakukan ancamannya dengan menghentikan pasokan gasnya
kepada Ukraina.
Hari Minggu (04/01) perusahaan gas Ukraina Naftogas
meminta Gazprom untuk memasok sepenuhnya volume gas yang disepakati untuk
jaringan pipa transit tersebut. Melalui satu dari empat jaringan pipa utama
hanya mengalir 20 juta meter kubik dibanding 72 juta meter kubik gas. Hal ini
menimbulkan masalah teknis dalam pembagian gas bagi negara-negara penerima
pasokan. Bulgaria, Polandia dan Rumania, yang sejak Jumat (02/01) lalu
memperoleh pasokan gas lebih sedikit daripada yang disepakati.
Naftogas menuduh Gazprom dengan sengaja mengurangi
pengiriman gas agar Ukraina dituding sebagai pencuri gas untuk kebutuhannya
sendiri dan didiskreditkan Barat. Perusahaan monopoli gas Rusia membantah tuduhan
tersebut dengan menyatakan sudah memenuhi kewajibannya secara penuh. Hari Sabtu
lalu Gazprom mengumumkan akan mengajukan Ukraina ke pengadilan internasional di
Stockholm sehubungan pembajakan gas secara ilegal. Naftogas mengancam dengan
tuduhan balasan. Pengadilan pada Kamar Dagang Swedia di Stockholm memiliki
wewenang untuk kasus sengketa internasional.
Sengketa gas antara Ukraina dan Rusia meliputi harga baru
pengiriman gas dan masalah hutang. Rusia menuding Ukraina masih belum membayar
hutang gas sebesar 1,5 milyar dollar AS dan menuntut pembayaran hutang tersebut
beserta denda yang mencapai sekitar setengah milyar dollar AS.
Direktur Gazprom meminta Naftogas segera kembali ke meja
perundingan. Namun sejauh ini direktur Gazprom Alexej Miller dan direktur
Naftogas Sergej Dumina belum berhasil melakukan pendekatan dalam mengatasi tema
sengketa. Sementara ini Gazprom menaikkan drastis permintaan harga pasokan
gasnya, menjadi 450 dollar per 1000 meter kubik gas. Direktur Gazprom Alexej
Miller
„Kami harap bahwa usulan tentang pengiriman gas kepada
Ukraina dengan harga 450 dollar untuk 1000 meter kubik menjadi alasan
perusahaan Naftogas Ukraina kembali ke meja perundingan dalam waktu mendatang.“
Tampaknya harga pasokan gas baru yang merupakan harga
tertinggi selama ini merupakan tindakan hukuman. Ukraina menolak harga
sebelumnya yakni 250 dollar per 1000 meter kubik, dan secara sepihak
menghentikan perundingan. Tahun 2008, harga yang dibayar Ukraina untuk pasokan
gas hanya 118 dollar AS per 1000 meter kubik
Sengketa Serupa Terjadi Tiga
Tahun Lalu
Sergei Kupriyanov, juru bicara perusahaan gas Rusia,
Gazprom
Sengketa gas yang mengawali tahun 2009 antara Rusia
dengan Ukraina ini, mengingatkan akan konflik pasokan gas antara kedua negara
tepat tiga tahun lalu. Ketika itu pasokan gas ke Eropa Barat mengalami
pengurangan. Kali ini Ukraina dan perusahaan gas Rusia Gazprom, mengajukan
masalahnya kepada Uni Eropa. Ukraina meminta dukungan dari Uni Eropa. Jika Uni
Eropa tidak membantu, suatu saat mereka juga akan merasakan tekanan dari Rusia.
Sementara harapan Gazprom seperti yang diungkapkan juru bicara perusahaan gas
Rusia itu, Sergej Kuprijanov: Dalam situasi ini, dimana Ukraina tidak
mengijinkan adanya pengamat dari pihak Rusia, mereka telah mengirimkan surat kepada
Komisi Uni Eropa dengan permintaan untuk diadakannya pengamat independen
transit gas yang melalui Ukraina. Tentang sengketa gas antara Rusia dan
Ukraina, Ceko sebagai ketua baru Dewan Eropa melontarkan kritik tajam dan
sementara ini menolak peran sebagai penengah. Wakil Perdana Menteri Ceko,
Alexandr Vondra
„Kami menilainya sebagai konflik yang murni di bidang
komersial dan tidak akan mencampurinya. Kami tidak akan menjadi penengah tapi
kami akan bertindak.“
Vondra menekankan tidak seorangpun yang harus khawatir
persediaan gas menipis dalam waktu dekat akibat konflik tersebut. Persediaan
gas di Eropa Tengah mencukupi. Agar kondisi ini tetap berlangsung Ketua Dewan
Eropa Ceko akan membentuk kelompok pakar internasional yang akan mengunjungi
Rusia dan Ukraina. Para pakar misalnya dapat mengawasi stasiun pengukur di
sepanjang jaringan pipa gas yang melalui Ukraina. Langkah berikutnya akan
dibicarakan dalam pertemuan informal tingkat menteri Jumat mendatang di Praha.
Sinyal dari Ceko sebagai ketua Dewan Eropa sudah jelas,
sengketa ini tidak ingin dibiarkan berkepanjangan. Vaclav Bartuschka, pakar
energi pada kementerian luar negeri Ceko
„Jika konflik itu sampai berlarut-larut dan terulang
kembali, Eropa memiliki kemungkinan untuk melewati Rusia dan Ukraina bila
menyangkut pemasokan dan penyaluran gas. Itu adalah pesan kepada keduanya. Kami
tidak memiliki alasan mengkaji setiap hal secara rinci. Itu bukan urusan kami.
Kami memiliki sebuah kontrak, dan kami ingin kontrak itu dipenuhi. Titik.“
Pakar energi itu menekankan tidak seorangpun di Uni Eropa
yang saat ini dapat memperkirakan, siapa yang bersalah dalam konflik tersebut.
Tidak seorang pun yang memiliki akses ke data yang sebenarnya. Dan keterangan
dari Rusia dan Ukraina sangat berbeda satu dengan lainnya. (dk)
Sengketa
Rusia Dan Jepang
Jepang mengajukan protes resmi penamaan Rusia terhadap
lima pulau tak berpenghuni di deretan Kuril yang disengketakan, di utara pulau
Hokkaido Jepang.
"Langkah-langkah tersebut melawan sikap negara kita dan sangat disesalkan," kata Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga saat konferensi pers, dikutip dari CNN, Selasa (15/2).
Sebanyak 56 pulau deretan Kuril telah menjadi wilayah sengketa dalam hubungan Jepang-Rusia selama 72 tahun terakhir. Deretan Kuril menjadi bagian dari Rusia saat pembubaran Uni Soviet pada 1991. Namun Jepang mengklaim empat pulau itu mengacu sebagai wilayah Utara.
Sengketa teritorial lama juga telah mencegah kedua negara dari penandatanganan perjanjian perdamaian untuk mengakhiri Perang Dunia II. Langkah untuk mengubah nama pulau-pulau datang hanya dua bulan setelah Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di pertemuan KTT Nagato, Prefektur Yamaguchi, untuk membahas sengketa negara mereka atas Kepulauan Kuril. Kedua pemimpin juga membahas kemungkinan kegiatan ekonomi bersama di pulau-pulau tersebut.
Akan tetapi Suga menegaskan insiden terbaru tidak akan mempengaruhi negosiasi teritorial bilateral yang sedang berlangsung antara Jepang dan Rusia. Beberapa analis mengatakan pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe wajib mengeluarkan respons terhadap penamaan pulau-pulau itu, untuk meredakan kaum nasionalis sayap kanan yang menopang pemerintah. Namun Tokyo tidak mungkin ingin membahayakan hubungan diplomatik dengan Moskow.
"Abe didukung oleh nasionalis sayap kanan. Itu berarti ia tidak dapat lemah dalam hal ini," ujar Atsushi Tago, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Kobe.
Tago juga menilai Abe akan lebih memilih mempertahankan perjanjian kegiatan ekonomi antara Jepang dan Rusia daripada mempermasalahkan hal tersebut.
"Langkah-langkah tersebut melawan sikap negara kita dan sangat disesalkan," kata Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga saat konferensi pers, dikutip dari CNN, Selasa (15/2).
Sebanyak 56 pulau deretan Kuril telah menjadi wilayah sengketa dalam hubungan Jepang-Rusia selama 72 tahun terakhir. Deretan Kuril menjadi bagian dari Rusia saat pembubaran Uni Soviet pada 1991. Namun Jepang mengklaim empat pulau itu mengacu sebagai wilayah Utara.
Sengketa teritorial lama juga telah mencegah kedua negara dari penandatanganan perjanjian perdamaian untuk mengakhiri Perang Dunia II. Langkah untuk mengubah nama pulau-pulau datang hanya dua bulan setelah Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di pertemuan KTT Nagato, Prefektur Yamaguchi, untuk membahas sengketa negara mereka atas Kepulauan Kuril. Kedua pemimpin juga membahas kemungkinan kegiatan ekonomi bersama di pulau-pulau tersebut.
Akan tetapi Suga menegaskan insiden terbaru tidak akan mempengaruhi negosiasi teritorial bilateral yang sedang berlangsung antara Jepang dan Rusia. Beberapa analis mengatakan pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe wajib mengeluarkan respons terhadap penamaan pulau-pulau itu, untuk meredakan kaum nasionalis sayap kanan yang menopang pemerintah. Namun Tokyo tidak mungkin ingin membahayakan hubungan diplomatik dengan Moskow.
"Abe didukung oleh nasionalis sayap kanan. Itu berarti ia tidak dapat lemah dalam hal ini," ujar Atsushi Tago, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Kobe.
Tago juga menilai Abe akan lebih memilih mempertahankan perjanjian kegiatan ekonomi antara Jepang dan Rusia daripada mempermasalahkan hal tersebut.
Sengketa Jerman Barat Dan Jerman Timur
51 tahun lalu, pasukan Jerman Timur memasang pagar berduri
dan batu bata untuk memisahkan kota Berlin menjadi dua. Berlin, mulai 13
Agustus 1961, dipisahkan untuk membedakan antara Jerman yang dikontrol Uni
Soviet dan Jerman di bawah kendali negara-negara Barat.
Tembok yang akhirnya dinamai "Tembok Berlin"
ini berakar dari tercabiknya wilayah Jerman pasca Perang Dunia II. Jerman
dibagi menjadi wilayah okupasi Soviet, Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis.
Kota Berlin secara teknis masuk zona okupasi Soviet,
namun tetap dibagi dua. Soviet mengambil alih wilayah Berlin Timur, sedangkan
negara-negara Barat di bagian Berlin Barat.
Setelah usaha gagal Soviet memblokade Berlin di tahun
1948, negara yang lekat dengan Tentara Merah-nya itu mulai mengencangkan
pengawasan pada Berlin Timur. Hingga tahun 1960, Soviet memaksa warga Jerman
Timur terpisah dengan bagian barat dan menjadikannya bagian dari negara
satelit.
Pengekangan ini berbuah perpindahan warga secara
besar-besaran. Dalam kurun 12 tahun, sekitar tiga juta warga Jerman Timur
pindah ke Jerman Barat untuk meraih penghidupan lebih baik. Masuk tahun 1961,
setiap harinya terjadi perpindahan 1.000 warga Jerman Timur ke Barat. Mereka
yang berpindah termasuk sumber daya manusia unggul seperti buruh terlatih, kaum
intelek, dan para profesional di bidangnya.
Untuk mencegah hal ini, pemimpin komunis Jerman Timur
Walter Ulbricht mendapat izin dari Pemimpin Uni Soviet Nikita Khrushchev untuk
menutup segala akses penghubung antara Timur dan Barat Berlin.
Pemisahan dua Jerman dimulai pada malam 12-13 Agustus
1961. Tentara Jerman Timur merentangkan lebih dari 160 kilometer kawat berduri.
Tak berapa lama, kawat ini diganti tembok beton setinggi 1,8 meter dan
membentang sepanjang 154 kilometer.
Kesan "penjara" dari tembok ini terlihat dari
adanya menara penjaga, senjata mesin, dan lampu besar dengan fungsi pencari
manusia yang mencoba lolos. Setiap harinya, polisi Jerman Timur yang dikenal
dengan Volkspolizei berpatroli siang dan malam.
Bangun pagi di 13 Agustus 1961, warga Berlin tersentak
ketika sadar terpisah dengan sanak keluarga dan handai taulan. Dipimpin Wali
Kota Berlin Barat Willi Brandt, warga memprotes keberadaan tembok tersebut.
Brandt dengan berani mengkritik negara-negara Barat, terutama AS, sebagai
pengokupasi yang tak berdaya melawan pembangunan Tembok Berlin.
Presiden AS saat itu, John F Kennedy, sebelumnya
menyatakan hanya bisa menolong warga Berlin dan Jerman Barat. Aksi apa pun atas
nama Jerman Timur hanya akan berakhir kegagalan.
Sisa-sisa dari Tembok Berlin sengaja dibiarkan sebagai
bukti sejarah terpisahnya kedua Jerman di masa Perang Dingin.
(thinkstockphoto).
Tinggi tembok ini ditambah tiga meter lagi di tahun 1970.
Itu merupakan bentuk usaha pencegahan karena masih banyak saja warga Berlin
Timur yang melarikan diri ke Barat. Dari tahun 1961 hingga 1989, ada 5.000
warga Jerman Timur yang berhasil kabur.
Tembok ini baru runtuh di tahun 1989. Menyusul jatuhnya
keperkasaan Soviet sebagai negara adi kuasa. Tepat pada 9 November 1989, massa
dari Jerman Barat dan Timur memanjat dan meruntuhkan tembok pemisah tersebut.
Kedua Jerman akhirnya resmi menyatu sebagai satu negara lagi dalam pakta
unifikasi di 3 Oktober 1990.
Sengketa India Dan Pakistan
- Kisruh India dan Pakistan terkait sengketa Kashmir
kembali memanas dalam sebulan terakhir. Upaya menahan diri dari konflik
bersenjata gagal setelah kedua belah pihak baku tembak dan saling tuduh sebagai
pemicu kekerasan.
Dalam sejarahnya India dan Pakistan telah 69 tahun
berkonflik di Kashmir, sejak kedua negara merdeka. Pada 18 September lalu salah
satu serangan paling mematikan terjadi di Kashmir, membuka kembali konflik yang
telah berusaha diredam.
Bagaimana konflik bermula?
Diberitakan CNN, konflik Kashmir adalah buah dari
perpecahan India dan Pakistan.
Inggris hengkang dari India pada tahun 1947, membuat negara
itu terpecah menjadi dua, mayoritas hindu membentuk negara India dan Muslim
mendirikan Pakistan dengan batas wilayah masing-masing.
Sementara Kashmir adalah daerah tak bertuan yang akhirnya
diklaim oleh kedua negara. India memasukkan Kashmir menjadi bagian dari wilayah
mereka, memicu penentangan dari Pakistan, berujung pecahnya perang.
Siapa menguasai Kashmir?
India, Pakistan dan China semuanya mengklaim sebagian
atau seluruh wilayah Kashmir.
India kini mengendalikan Jammu dan Kashmir yang mencakup
45 persen dari bagian tenggara dan timur wilayah tersebut.
Kerusuhan kerap terjadi di Kashmir. (Reuters/Danish
Ismail)
Pakistan mengendalikan tiga bagian bernama Azad Kashmir,
Gilgit dan Baltistan, mencakup 35 persen wilayah Kashmir di bagian utara dan
barat.
Sementara China mengendalikan Aksai Chin, sebesar 20
persen wilayah di timurlaut Kashmir.
Garis Kendali adalah wilayah perbatasan yang dikuasai
India dan Pakistan sepanjang 700 km di Kashmir. India menuding Pakistan telah
memberikan lebih dari 8.000 km persegi wilayah Kashmir ke China.
Konflik terparah dalam satu dekade
India dan Pakistan telah tiga kali berperang, dua di
antaranya terkait Kashmir di tahun 1947 dan 1965. Kedua negara memiliki senjata
nuklir sejak 1998 dan hampir kembali berperang pada 1999.
Lembaga think-tank Amerika Serikat, Council on Foreign
Relations, mengatakan gencatan senjata kedua negara pada 2003 sangat rapuh
namun tetap dipertahankan kendati sering terjadi baku tembak di perbatasan.
Serangan kelompok militan ke pos tentara India di Uri,
dekat Garis Kendali, pada 18 September lalu adalah pemicu ketegangan belakangan
ini. Serangan yang menewaskan 19 tentara India itu adalah yang terparah dalam
puluhan tahun terakhir.
Dan pada 29 September, dua tentara Pakistan terbunuh
dalam bentrok dengan pasukan India di perbatasan kedua negara.
India menuding Pakistan mendukung terorisme dan
mengangkat isu ini di PBB. Pakistan membantah tudingan tersebut.
Kashmir dikenal sebagai "Surga di Bumi" karena
keindahan alamnya. (Thinkstock/Arambros)
Kerugian perang
Kekerasan separatisme di Kashmir menewaskan lebih dari 47
ribu orang sejak tahun 1989, jumlah ini belum termasuk mereka yang hilang
selama konflik.
Kelompok HAM dan LSM mencatat jumlah korban tewas dua
kali lipat dari angka resmi tersebut.
Akibat perang, wilayah Kashmir yang dijuluki "Surga
di Bumi" mulai ditinggalkan wisatawan. Padahal Kashmir merupakan salah
satu tujuan wisata utama warga India yang ingin mencari udara sejuk. (den)
0 Response to "12 Contoh Sengketa Antar Negara internasional"
Post a Comment