SEJARAH DUA KALIMAT SYAHADAT DALAM ISLAM
A. Awal-mula
Munculnya Kalimat Syahadat
Dalam rukun Islam, kalimat syahadat ini berada pada
urutan pertama. Dalam QS. Ali Imran ayat 18 disebutkan bahwa sebab turunnya
(asbabun nuzul) ayat tersebut adalah dimana dulu ada dua orang ahli kitab yang
akhirnya beriman kepada Allah Swt. setelah bertemu dengan Rasulullah Saw. yang
mengajarkan kalimat syahadat kepada mereka.
Pada saat Rasulullah Saw. sudah berhijrah dan tinggal di
Madinah, Islam berkembang dengan cepat. Banyak orang jahiliyah yang kemudian
masuk Islam begitu tersentuh dengan dakwah Islam Rasulullah Saw.
Nama besar Rasulullah Saw. di Madinah dengan cepat
dikenal oleh banyak orang. Bahkan dua orang ahli kitab yang berasal dari negeri
Syam sengaja datang ke Madinah untuk bertemu dengan Rasulullah Saw. Kedatangan
dua ahli kitab itu karena penasaran terhadap isi al-Kitab yang mereka pelajari,
menyebutkan bahwa di kota itu telah datang seorang nabi akhir zaman. Tentu saja
informasi itu membuat keduanya penasaran dan ingin segera membuktikannya.
Berbekal ciri-ciri yang mereka ketahui tentang Nabi
Muhammad Saw. yang disebut-sebut sebagai nabi akhir zaman, mereka akhirnya
berkeliling kota Madinah untuk mencari sosok nama tersebut. Mereka tidak segan menanyakan
keberadaan Nabi Muhammad Saw. kepada setiap orang yang mereka jumpai. Mereka pun meperhatikan setiap
orang yang berpapasan dengan mereka, mungkin saja yang ditemui adalah Nabi
Muhammad Saw.
Setelah lama berkeliling dan bertanya kepada setiap
orang, akhirnya mereka bertemu dengan Rasulullah Saw. Dengan pandangan yang menyelidik, ditatapnya Rasulullah
Saw. dari ujung rambut hingga ujung kaki. “Apakah
engkau yang bernama Muhammad?” tanya salah satu ahli kitab itu.
Rasulullah Saw. mengangguk.
“Apakah engkau yang benar-benar bernama Ahmad?” tanya
ahli kitab lainnya, seolah tak percaya dengan orang yang berada di depannya.
Rasulullah Saw. pun kembali mengiyakan.
Kesempatan itu digunakan sebaik-baiknya oleh dua orang
ahli kitab itu untuk menanyakan hal-hal yang ingin mereka ketahui. “Wahai Muhammad, kami
ingin mengetahui sesuatu tentang kalimat syahadat, apakah engkau bisa
menjelaskannya dengan baik dan hati kami tergugah karenanya. Kami akan beriman
dan mengikuti semua perintah dan ajakan engkau”, kata mereka.
“Apa sebenarnya yang ingin kalian ketahui?” ujar
Rasulullah Saw.
“Kesaksian apakah yang paling hebat dalam al-Quran?” tanya
mereka lagi.
Kedua ahli kitab itu bukan orang sembarangan. Mereka
sudah mempelajari banyak kitab suci yang diturunkan sebelum al-Quran seperti
kitab Zabur, Taurat dan Injil. Pada
saat itulah Allah Swt. menurunkan ayat al-Quran surat Ali Imran ayat 18:
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ
وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan
Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan
orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan
melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran ayat 18). (Setelah membaca ayat ini kita
disunnahkan membaca “Ana asyhadu bihi”).
Melalui ayat itulah kedua ahli kitab itu disadarkan atas
keagungan dan kebesaran Allah Swt. Firman allah Swt. yang disampaikan oleh Rasulullah
Saw. tersebut begitu menyentuh keimanan mereka. Meskipun singkat, mereka
merasakan kebenaran atas ayat tersebut. Luluhlah
hati mereka, sehingga tanpa keraguan lagi akhirnya mereka mengucapkan kalimat
syahadat sebagai pengakuan atas keesaan Allah Swt. dan penunjukan Nabi Muhammad
Saw. sebagai RasulNya.
Seluruh nabi yang dipilih oleh Allah Swt. sama-sama
menyerukan kalimat syahadat untuk mengajak seluruh umatnya mempercayai keesaan
Allah Swt. dan meyakini bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah utusan Allah. Oleh karena itu, kalimat syahadat
ditempatkan pada urutan pertama dalam rukun Islam, dilanjutkan dengan shalat,
puasa, zakat dan ibadah haji bagi yang mampu.
B. Pemakaian
Kata Syahadat dalam al-Quran
Dalam al-Quran banyak sekali kita jumpai kata syahadat,
apalagi kata yang musytaq ataumajid dari kata syahadat,
seperti kata syaahada (fi’il madhi), syahidiin (isim
fa’il yang dijama’kan dengan jama’ mudzakar salim), al-isyhaad (mashdar
majid) dan seterusnya. Hanya saja kita akan fokus pada kata syahadat dan asy-syahadat (tambahan
al sebagai tanda kalimat isim/kata benda). Di bawah ini adalah beberapa
penggunaan kata syahadat dalam al-Quran:
“Sesungguhnya persaksian Kami lebih layak diterima
daripada persaksian kedua saksi itu...” (QS. al-Maidah ayat 107).
“Itu lebih dekat untuk (menjadikan para saksi)
mengemukakan persaksiannya menurut apa yang sebenarnya...” (QS.
al-Maidah ayat 108).
“Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah, dan
siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang menyembunyikan syahadat dari
Allah.” (QS. al-Baqarah ayat 140).
Syahadat dalam ayat ini berarti persaksian Allah Swt.
yang tersebut dalam Taurat dan Injil, bahwa Nabi Ibrahim As. dan anak cucunya
bukan penganut agama Yahudi atau Nasrani dan bahwa Allah Swt. akan mengutus
Muhammad Saw.
“Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih
dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)
keraguanmu.” (QS. al-Baqarah ayat 282).
“Katakanlah: “Siapakah yang lebih kuat
persaksiannya?”. Katakanlah: “Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu.” (QS.
al-An’am ayat 19).
0 Response to "SEJARAH 2 KALIMAT SYAHADAT DALAM ISLAM Singkat Lengkap"
Post a Comment