1. Analisis Novel “Surat
Kecil untuk Tuhan”
Nama Pengarang
: Agnes Devanor
Penerbit : Inandra Published,
Jakarta
Tebal : 232 Halaman
Tahun Terbit
: 2008
Kategori : True Story (non fiksi)
1. Unsur intrinsik
novel Surat Kecil untuk Tuhan
A. Tema
:
Perjuangan
seorang Remaja melawan penyakit kanker Ganas (Rabdomiosarcoma) ,tetapi memiliki semangat untuk Hidup.
B. Alur
:
Maju,
penceritaan berdasarkan urutan waktu yang berjalan maju.
Tahapan alur :
a. Pengenalan
Keke adalah seorang anak yang cantik dan pandai, ia suka
bermain volley. Ia juga memiliki banyak kawan dan tentunya memiliki keluarga
yang bahagia walaupun ayah dan ibunya telah berpisah, namun ia selalu bahagia
dengan apa yang ia miliki.
b. Pemunculan
Konflik
Kak Kiki kakaknya Keke menderita sakit mata, memang pada
saat itu sakit mata sedang banyak menyerang siswa disekolah Keke. Dan pada saat
itu juga ternyata Keke tertular penyakit mata itu, sehingga mata Keke
membengkak. Awalnya memang bengkak biasa, namun lama kelamaan bengkak itu makin
membesar sampai wajah Kekepun ikut membesar. Dan dokterpun memvonis bahwa Keke
mengidap penyakit kanker jaringan lunak yang amat ganas.
c. Klimaks
Lama-lama kanker itu mulai melemahkan Keke, tapi ayah
Keke terus berusaha untuk menyembuhkan Keke. Setelah melakukan pengobatan alternatif
kesana kemari, keadaan Keke tak kunjung membaik. Hingga akhirnya Keke bertemu
dengan seorang profesor yang hebat. Kemudian Keke melakukan pengobatan
kemoterapi. Kemoterapi ini berhasil, walaupun Keke harus meraskan dingin dan
rambutnya yang berguguran.
d. Penurunan
Konflik
Kanker tersebut sempat hilang, namun kanker itu datang
kembali dan semakin menyebar. Namun ayah Keke terus berusaha. Disisi lain Keke
terus berusaha untuk membahagiakn orang disekitarnya. Ia pun mulai menyadari
bahwa hidupnya takkan lama lagi. Ia makin rajin belajar karna ia ingin tetap
belajar pada detik-detik terakhir dihidupnya.
e.
Penyelesaian
Setelah berusaha sedemikian kerasnya dengan tak ada
hasil, maka ayah Keke mulai merelakan Keke jika Keke harus pergi meninggalkannya.
Saat Keke dirawat di rumah sakit, Keke sempat koma untuk beberapa lama, dan
sempatterbangun dari komanya. Namun setelah itu ia kembali tertidur dengan
tenang untuk selamanya. Ayah dan keluarga yang lain telah merelakan kepergian
Keke. Dan pada saat Keke memejamkan mata, seluruh ruangan rumah sakit tempat
dimana Keke dirawat harum bunga melati.
C. Tokoh
:
1. Keke
2. Ayah Keke
3.
Sahabat-sahabat keke (Fadha,Maya,Shifa,Ida,Andhini)
4. Andi
5. Pak Iyus
D. Penokohan :
1. Keke (Gita sesa wenda cantika, Tokoh utama
yang Berperan Sebagai “Aku”)
Seorang remaja yang aktif,cerdas,dan percaya diri.Memiliki Keinginan dan
cita-cita dirinya sendiri, walau hidupnya tidak akan lama Lagi.
(Bacaan hal 11) :
“Satu
Lagi kebiasaanku setiap pulang sekolah Sambil menunggu ayah selesai bekerja di
kantor sekolah.AkuSering ikut
ekstrakulikuler volley dengan kakak-kakak kelas dan kedua Kakakku.Selain
itu, aku juga suka ikutmembantu mereka untuk memBuat Mading (Majalah
Dinding).Kemudian aku diarahkan oleh kakak kelasku menjadi team Kreatif MADING
karena kata mereka aku berbakat menggambar dan daya imajinasiku tinggi. Bagitu
kata mereka.”
2. Ayah Keke :
Seorang ayah yang sabar, baik, selalu berusaha, bijaksana dan perhatian
kepada ketiga Anaknya.
(Bacaan halaman 61) :
“Akumenolak di gigitankedua, tetapi ayah dengan
setiaberada disampingku dan terus memberikandukungan kepadaku sambil merayuku
untuk memakan obat- obat herbal tersebut. ’Ayo,Keke… Dimakan sayang… kan Kamu
mau sembuh.Kita berangkat umroh sama-sama nanti kalau kamu Sembuh. Nanti di
tanah suci kita bersyukur kepada Allah karena kamu diberikan kesehatan.Kamu mau
kan sayang…??? Kata Aya”.
3.
Sahabat-sahabat keke (Fadha,Maya,Shifa,Ida,Andhini) :
Baik, setia menemani Keke Disaat-saat terakhir Keke.
(Bacaan Hal 99) :
“Hal pertama yang kulakukan ketika aku kembali ke bangku
sekolahku, yaitu Kuletakkan tanganku dan kusentuh dengan jariku.Rasa lembut
meja coklat Ini nyaris telah kulupakan. Fadha dan Sahabat- sahabatku hanya
tersenyum padaku sambil berkata…… “Welcome back,Keke..!!” Ujar Mereka..”
4. Andi :
Tampan, sabar,perhatian, penyayang dan baik.
(bacaan halaman 72) :
“Keke, Andi tau kamu marah terhadap keadaan! Tapi
bukanlah menyiksa diri seperti ini bukanlah Keke yang sesungguhnya ?! Keke yang
sesungguhnya adalah orang yang Andi cintai dan seorang gadis yang tabah.Keke
yang Andi cintai adalahm putri yang selalu tersenyum dan riang dalam keadaan
apapun! “ Ujar Andi.
5. Pak Iyus :
Sangat setia pada keluarga Keke.Baik penyabar, perhatian
terhadap Keke.
( Bacaan Hal 113) :
“Kamu tenang aja, Ke…. Nggak usah khawatir.Ada ayah,ada
kak Chika, ada kak Kiki dan ada pak Iyus yang nemenin kamu kemana aja.Pokoknya
kamu tenang aja…. Mendingan kita lanjutkan Makan kita ini, oke?” Ujar pak Iyus
sambil mengajakku bercanda.
E. Latar :
a. Waktu
:
• Pagi hari
: “Suara kicau burung di pagi hari, terdengar menembus langit- langit kamarku.”
(halaman 5)
• Siang
hari: “ Cuaca siang yang panas membuat aku sedikit lemah pada saat itu, tapi
aku tidak ingin menunjukan kepada timku.” ( halaman 34)
• Malam
hari: “Malam hari ketika aku bangun, ayah, kak Chika, dan kak Kiki mengajak aku
makan malam diluar sambil mencari angin segar.” (halaman 119)
b. Tempat :
• Jakarta :
“Kamipun membeli rambut palsu WTC ternama di Jakarta.” (halaman 7)
• Bandung
: “Suasana berubah seketka kami memasuki kota Bandung.” (halaman 179).
•
Singapura: ” Setelah sepanjang malam kami berjalan dan Menikmati kota
Singapura, tubuhku terasaletih dan tak kuat berjalan kembali menuju rumah sakit.”
(halaman 171)
F. Amanat :
Dalam menghadapi
sebuah cobaan seberat apapun itu, kita harus tetap berusaha untuk bangkit dan
tak menyerah.
Tetap rajin
belajar dan menuntut ilmu pada keadaan apapun selama kita masih mampu untuk
bernafas.
Tetap berusaha
untuk membahagiakan orang yang kita sayangi dan orang-orang yangada
disekeliling kita.
G. Sudut Pandang :
a. Sebagai
Orang Pertama yang menceritakan tentang dirinya Sendiri. Bukti dapat dilihat
dari bacaan Hal 5 :
“Hai
sobat,,kenalkan. Namaku Gita Sesa Wanda Cantika.terlalu panjang ya.. Ok! Biar
gampang sebut saja namaku Keke. Aku anak ke-tiga dari tiga bersaudara. Aku mempunyai dua kakak laki-laki,namanya
juga dipersingkat saja. Panggil mereka Chiko yang tampan dan Kiki yang manis.Hehehe….
Jadi diantara keluarga ku, aku adalah anak perempuan satu-satunya.”
2. Unsur
Ekstrinsik Novel “Surat Kecil Untuk Tuhan”
1. Latar
Belakang Pengarang
Agnes
Davonar adalah seorang fenomenal dalamdunia sastra Indonesia. Ia memulai
kariernya sebagaiseorang penulis amatir di sebuah blog. Kemudian dengan cepat
berkembang menjadi penulis yang mau belajar hingga melahirkannovel online dan
42 cerita pendek yang begitu melekat bagi semua pembaca situs pribadinya. Tak
heran bila sebuah kutipan dari sebuah portal informasi detik.com mengatakan
“bahwa tidak sulit untuk mencari karya dari seorang Agnes Davonar”.
Keunikan
sendiri terdapat dalam nama Agnes Davonar. Agnes berasal dari namanya,
sedangkan Davonar diambil dari nama adiknya. Jadi mereka adalah dua saudara
yang bersatu dalam sebuah karya.
Agnes
lahir di Jakarta 8 Oktober sedangkan Davonar lahir di Jakarta, 7 Agustus. Merka
adalah dua saudara yang besar dalam lingkungan seni. Ayahnya adalah seorang
pelukis kaligrafi Cina sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang
tangguh. Mereka berdua membentuk sebuah blog dengan situs http://
lieagneshendra.blogs.friendster. com.
Agnes
bekerja sebagai karyawan swasta dan Davonar berkuliah di Universitas sastra
Jepang Bina Nusantara. Keduanya memiliki hobby yang sama yakni menyukai
olahraga. Tapi kelihaian menulis tekah mengantarkan keduanya sebagai penulis
muda berbakat dalam jajaran sastra Indonesia. Agnes Davonar menyebutnya sebagai
Novelis dan Cerpenis online. Karena ketulusan dan kedisiplinan dalam berkarya
sebuah situs peringkat Blog Topseratus.com menempatkan Blognya sebagai
peringkat pertama dari 100 blog terbaik di Indonesia. Sangat mencengangkan,
sebuah Blog sastra mengalahkan Blog dansitus internet yang pada umumnya lebih
memfokuskan pada music ataupun tips-tips mencari uang marketing melalui
internet.
Surat
kecil untuk Tuhan adalah kisah nyata yang pertama mereka tulis dan sempat
dipublikasikan di blog mereka. Ribuan air mata berjatuhan ketika kisah ini
dibaca, atas permintaan pembacanya Agnes Davonarpun membuat kisah inimenjadi
novel keduanya dan pastinyakisah ini lebih sempurna dengan ribuan air mata yang
siap berjatuhan disetiap bait perjalanan Keke.
2. Nilai
yang Terkandung dalam Novel :
a. Nilai Agama
Dalam novel ini terkandung nilai keagamaan yang islami.
Dan mengajarkan kepada pembaca bahwa kita harus lebih banyak bersyukur dan
tidak menyombongkan diri.
b. Nilai Moral
Terkandung nilai moral yang baik, yaitu disaat teman Keke
yang yang nmengejek dia, Keke tetap diam dan hanya tersenyum dengan ejekan itu.
Dan saat Keke jatuh sakit teman yang mengejek Keke memberi dukungan kepada Keke
untuk tetap bertahan. Dan itu merupakan nilai moral yang baik untuk para
remaja.
c. Nilai
Sosial
Saling membantu dan memberi dukungan kepada kawan dan
siapapun yang ada disekitar kita.
d. Nilai
Budaya
Terdapat nilai-nilai budaya di Jakarta, yaitu budaya anak
remaja didaerah Jakarta.
3. Kritikan
untuk Novel :
Novel ini
dapat menyentuh hati para pembaca sehingga pembaca dapat terbawa oleh suasana
yang terdapat pada novel “Surat Kecil Untuk Tuhan”. Dalam novel ini juga
terdapat perasaan yang dapat menyentuh hati dan keharuan yang mendalam bagi
para pembaca. Pengarang menggunakan bahasa novel yang sederhana namun indah
yang mempunyai hikmah dan menyentuh hati nurani. Dengan membaca novel ini kita
bisa tahu bagaimana perjuangan seorang gadis remaja yang bertarung melawan
penyakit ganas yang bisa dengan cepat membunuhnya. Dalam novel ini juga diceritakan berbagai kegiatan
sehari-hari remaja yang sangat bernilai positif dan baik untuk para remaja masa
kini. Novel ini cocok dibaca untuk semua kalangan. Dan juga menjadi bacaan yang
bisa mendidik dalam bersikap serta bagaimana cara berteman yang baik.
Novel ini hampir tidak memiliki kekurangan karena
ceritanya yaang diambil dari kisah nyata seorang gadis bernama Gita Sesa Wenda
Cantika atau keke yang menjalani sisa hidupnya dan berperang melawan
penyakitnya sampai akhir khayatnya. Namun, bagi pembaca yang tidak memiliki kemampuan pemahaman
terhadap ungkapan kalimat si pengarang yang bisa dibilang sulit dan memiliki
makna yang dalam akan susah untuk dipahami kalau tidak dianalisa baik-baik.
2. Analisis Novel
“Hafalan Sholat Delisa”
UNSUR INTRINSIK
Tema : Perjuangan dan Ketegaran Delisa dalam menghafal
bacaan sholat.
Tokoh :
Delisa
Ummi Salamah
Abi Usman
Kak Fatimah
Kak Zahra
Kak Aisyah
Umam
Tiur
Ustadz Rahman
Bu Guru Nur
Koh Acan
Sersan Ahmad
Sophi
Prajurit Salam / Smith
Penokohan
Delisa
Susah bangun
Kutipan : “Yeee, Delisa jangankan digerak gerakkan
kencang-kencang, speaker meunasah ditaruh di kupingnya saja, ia nggak bakal
bangun-bangun juga!” Aisyah membela diri. (Hal 2)
Pelupa
Kutipan : “Delisa tuh selalu lupa untuk mengecek di atas
mejanya dulu, kalau nyari sesuatu!’ Fatimah mengingatkan.Hal 49)
Penyayang
Kutipan : “Delisa.. cinta Ummi karena Allah!” Ia pelan
sekali mengatakan itu,Tetapi suara itu berharga. Amat menggetarkan. Kalimat
yang bisa meruntuhkan tembok hati. (Hal 53)
Suka berbagi
Kutipan : “Kak Aisyah tenang aja, Nanti Delisa kasih
pinjam deh!” Delisa sudah berseru duluan. (Hal 14)
Delisa buru-buru membuka bungkus coklatnya. Memotongnya
separuh. Menyerahkan potongan itu pada kak Aisyah.(Hal 62)
”Kak Copi potong aja separuhnya..” Delisa berkata sambil
tersenyum saat Shopi hendak menyerahkan lagi cokelat yang sudah terbuka. Shopi
tertegun. Ia mengerti sekarang, gadis kecil di hadapannya ternyata hendak
berbagi. (Hal 135)
Tegar
Kutipan : “Kaki… Kaki Delisa dipotong Bi!” Delisa
menyeringai. Abi mengeluh… Ya Allah, pemandangan ini sungguh sangat
menyakitkan, teramat menusuk hatinya. Lihatlah, Delisa ringan saja menyampaikan
semua berita itu.(Hal 144)
Taat pada Allah
Kutipan : Delisa mendengar suara mengerikan itu. Tetapi
Delisa sedang khusyuk. Delisa ingin menyelesaikan shalatnya dengan baik. Ya
Allah Delisa ingin berpikiran satu. Maka Ia tidak bergeming dari
berdirinya.(Hal 71)
Mempunyai sikap Optimisme
Kutipan : Ia justru banyak berpikir sekarang. Pasti ada
cara yang lebih baik untuk menghafal bacaan-bacaan itu. Pasti ada.
Pantang Menyerah
Kutipan : ”Badannya terus terseret. Ya Allah, Delisa
ditengan sadar dan tidaknya ingin sujud… Ya Allah, Delisa ingin sujud dengan
sempurna. Delisa sekarang hafal bacaannya… Delisa tidak lupa seperti tadi
shubuh (Hal 71)
Ummi Salamah
Bijaksana
Kutipan : Tidak! Ummi memang sengaja menunjuk Aisyah melakukan
pekerjaan itu, agar Aisyah lebih bertanggung-jawab atas adiknya.
“Nah, kalau bukan untuk kalung, kamu nggak sepantasnya
cemburu dengan hadiah adikmu kan? Ah iya, besok lusa kan kita bisa pergi ke
tempat Koh Acan lagi masing-masing nanti beli huruf untuk kalungnya.
Penyayang
Kutipan : “Ummi Cinta Delisa karena Allah!” Ummi Salamah
terisak memluk bungsunya. Memeluknya erat. (Hal 53)
Abi Usman
Pekerja keras
Kutipan : Abi bekerja sebagai pelaut di salah satu kapal
tanker perusahaan minyak asing – Arun yang pulangnya 3 bulan sekali.
Pengertian
Kutipan : “Tentu saja Delisa bisa menghafalnya kembali.
Insya Allah jauh lebih cepat sekarang… Kan, Delisa pernah menghafal sebelumnya.
(Hal 151)
Perhatian
Kutipan : “Bagaimana sayang, apakah Delisa sudah merasa
baikan?”(Hal 226)
Kak Fatimah
Tegas
Kutipan: “Ais, kamu memangnya nggak bisa bangunin delisa
nggak pakai teriak-teriak apa?” (Hal 2)
Sabar
Kutipan: “Delisa bangun, sayang… Shubuh!” (Hal 2)
Kak Aisyah
Keras Kepala
Kutipan: “ Yee, Delisa jangankan digerak-gerakkan
kencang-kencang, speaker meunasah di taruh di kupingnya saja, ia nggak bakal
bangun-bangun juga” (Hal 2)
Egois
Kutipan : “Makanya kamu cepetan menghafal bacaannya….
bikin repot saja!” (Hal 8)
Iri
Kutipan : “Kenapa Delisa dapat kalung yang lebih bagus!
kenapa kalung Delisa lebih bagus dibandingkan dengan kalung Aisyah… lebih bagus
dari kalung Zahra… kalung Kak Fatimah.” (Hal 32)
Kak Zahra
Sabar
Kutipan :”Iya! Tapi kamu nyarinyakan bisa lebih pelan
sedikit? Nggak mesti merusak lipatan pakaian yang lainkan?” (Hal 49)
Pendiam
Kutipan : Hening tak memperdulikan kegiatan Delisa. Lebih
hening dari pada Zahra yang memang pendiam. (Hal 25)
Umam
Nakal
Kutipan : “Maafin Umam, Umi. Umam ngaku, Umam yang
ngambil uang belanja Umi”
Jahil
Kutipan : Ustadz Rahman yang barusan melolotin Teuku Umam
yang lagi ijeng menjawil Jilbab Tiur. (Hal 38)
Tiur
Baik
Kutipan : “Ayo Delisa, aku ajarin naik sepedanya” (Hal 47)
Ustadz Rahman
Pengetian
Kutipan : “Biar nggak kebolak-balik kamu mesti
menghafalnya berkali-kali… Baca berkali-kali… nanti nggak lagi! Nanti pasti
terbiasa.” (Hal 38)
Bijaksana
Kutipan : Bukan Ustadz Rahman tidak mau menjelaskan
panjang lebar. Tetapi mengajari anak kecil seperti Delisa, harus ada tehniknya.
(Hal 39)
Bu Guru Nur
Pintar membesarkan hati
Kutipan : Ibu Guru Nur sungguh pintar membesarkan hati.
(Hal 66)
Koh Acan
Baik Hati
Kutipan : “Tidaklah…Kalau untuk hadiah hafalan shalat
ini, Ummi Salamah bayar separuh saja, haiya!” (Hal 20)
Sersan Ahmad
Tegas
Kutipan : “CARI TERUS! KUMPULKAN MAYAT SEBANYAK MUNGKIN!
PERIKSA SELURUH TEMPAT!” Sersan Ahmad galak menatap pasukannya yang begitu
lamban.
Sophie
Perhatian
Kutipan : “ Kamu hari ini mandi, ya… Sebentar, kakak
siapkan dulu airnya… “ ( Hal 132)
Smith
Perhatian
Kutipan : “Bagaimana Shopie? Apakah keadaan anak itu
berubah?”
ALUR
Alur dalam novel “Hafalan Shalat Delisa”, yaitu Alur
Maju. Hal ini dibuktikan oleh beberapa tahapan sebagai berikut :
Pengenalan/ awal cerita
Awal cerita dalam novel ini didahului oleh sebuah
keluarga yang memiliki seorang anak bernama Delisa. Delisa adalah anak kecil
berumur 6 tahun yang sedang berusaha menghafal bacaan shalatnya. Delisa selalu
susah untuk menghafal bacaan shalatnya. Setiap shalat Kak Aisyah membaca
keras-keras bacaan shalatnya agar Delisa lebih mudah untuk menghafal bacaan
shalatnya. Kak Aisyah selalu menjahili Delisa. Abi Delisa bekerja di
pertambangan minyak sehingga Abi Delisa pulang 3 bulan sekali.
Timbulnya konflik / titik awal pertikaian
Awal pertikaian ditunjukan ketika delisa akan dibelikan
kalung oleh ibu sebagai hadiah telah menghafal bacaan shalatnya. Namun kalung
yang delisa beli berbeda dengan kalung yang dibelikan ibu kepada
kakak-kakaknya. Hal tersebut membuat Kak Aisyah merasa cemburu atau iri
terhadap kalung yang dibelikan ibu kepada Delisa
Puncak konflik/titik puncak cerita
Titik puncak certita adalah ketika Delisa sedang
menjalani tes hafalan bacaan shalat oleh Ibu Guru Nur. Ketika itu tiba-tiba
saja kota Aceh dilanda gempa yang sangat kuat. Gempa itu berskala 9.1 SR.
Delisa yang sedang tes tetap melanjutkannya, tidak peduli kondisi sekitar
seperti apa. Padahal semua murid yang sedang menunggu giliran sudah berhamburan
keluar sekolah. Namun Ibu Guru Nur tetap setia menemani Delisa. Setelah gempa
mereda, air laut seketika naik sangat tinggi, menyebabkan para nelayan berlari
kesana-kesini. Ternyata gempa itu disertai dengan tsunami. Air dengan arus yang
sangat dahsyat menerjang tubuh mungil Delisa yang sedang menjalani tes. Abi
yang tau berita ini lewat televisi, langsung meminta cuti ke bosnya untuk
kembali ke aceh dan segera mengetahui kondisi keluarganya. Namun ketika Abi
sampai di Aceh, dia mendapat berita yang menyedihkan. Abi di beritahu oleh Koh
Acan bahwa semua anggota keluarganya telah meninggal. Hanya tinggal Delisa
sajalah yang sampai saat ini belum ditemukan juga.
Antiklimaks
Antiklimaks dalam novel ini ketika Delisa telah merelakan
kepergian seluruh anggota keluarganya kecuali Abi. Delisa tidak akan pernah
membahas Ummi didepan Abi. Delisa tidak ingin membuat Abi sedih. Dan semenjak
kejadian itu Delisa lupa akan semua hafalan shalat yang pernah ia hafal. Delisa
berusaha untuk menghafalnya lagi namun hal terserbut malah semakin sulit untuk
dihafal.
Penyelesaian Masalah
Pada akhirnya, Delisa tersadar hal apa yang dapat membuat
lupa akan hafalan shalatnya itu. Hal itu adalah Delisa menghafal bacaan
shalatnya hanya demi mendapat kalung dari Ummi. Delisa menghafal bacaan
shalatnya agar mendapat imbalan dari Ummi. Dan sekarang Delisa sudah dapat
mengingat seluruh hafalan shalatnya karena Delisa memiliki satu niat, yaitu
ikhlas dalam melakukan apapun dan jangan mengharapkan suatu imbalan.
LATAR
Latar Tempat
Lhok Nga
Kutipan : Menggetarkan langit-langit Lhok Nga yang masih
gelap (Hal 1)
Kamar Rawat
Kutipan :Shopi melangkah keluar kamar, entah mengambil
apa (Hal 132)
Hutan
Kutipan : Sersan Ahmed berlari menuju semak belukar
tersebut. (Hal 109)
Sersan Ahmed berlari menuju semak belukar tersebut. (Hal
109)
Tenda darurat
Kutipan : Delisa menatap tenda-tenda yang berjejer rapi
tersebut. (Hal 156)
Delisa menatap tenda-tenda yang berjejer rapi tersebut
(Hal 156)
Latar Waktu
Pagi hari
Kutipan :Adzan shubuh dari meunasah terdengar syahdu
(Hal1)
Cahaya matahari menyemburat dari balik bukit yang
memagari kota (Hal 5)
Siang hari
Kutipan : Sinar terik matahari mengembalikan
panca-indranya. (Hal 92)
Sore hari
Kutipan : Matahari bergerak menghujam bumi semakin
rendah. Jingga memenuhi langit (Hal 46)
Dini Hari
Kutipan : Malam ketiga ketika Delisa terbaring tak
berdaya. Pukul 02.45 (Hal 112)
Latar Suasana
Ramai
Kutipan : Pasar Lhok Nga ramai sekali. Hari Ahad begini.
Semua seperti sibuk berbelanja. (Hal 19)
Senang
Kutipan : “Delisa boleh pilih kalungnya sendiri, kan?
Seperti punya Kak Fatimah, punya Kak Zahra atau, seperti punya Kak Aisyah!”
(Hal 17)
Sedih
Kutipan : Sungguh semua hancur. Sungguh semuanya musnah.
Ya Allah, kami belum pernah melihat kehancuran seperti ini. Kota ini tak
bersisa, kota ini luluh lantak hanya meninggalkan berbilang kubah masjid, kota
itu menjadi cokelat, kota ini tak berpenghuni lagi. Kota ini! Kota itu! (Hal
81)
SUDUT PANDANG
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel
tersebut yaitu sudut pandang orang ketiga serba tahu. Hal ini dibuktikan oleh
pengarang yang selalu menyebut nama tokoh-tokoh pemeran dalam novel tersebut,
dimana seakan-akan pengarang begitu mengerti perasaan yang dialami tokoh dalam
cerita.
Kutipan : “Ummi Salamah terpana. Ya Allah, kalimat itu
sungguh indah. Ya Allah… kalimat itu membuat hatinya meleleh seketika” (Hal 53)
Gaya Bahasa
Gaya Hiperbola
Kutipan : “Ya Allah… kalimat itu membuat hatinya meleleh
seketika” (Hal 53)
“Ya Allah, tubuh itu bercahaya. Tubuh yang ditatapnya
bercahaya. Berkemilauan-menakjubkan. Lihatlah! lebih indah dari tujuh pelangi
dijadikan satu”. (Hal 108)
Gaya Personifikasi
Kutipan :”Gelombang tsunami sudah menghantam bibir
pantai” (Hal 70)
“Terlambat, gelombang itu menyapu lebih cepat”. (Hal 70)
Gaya Metafora
Kutipan : “Pohon-pohon bertumbangan bagai kecambang tauge
yang akarnya lemah menunjang”. (Hal 70)
AMANAT
Amanat yang dapat diambil dari novel “Hafalan Sholat
Delisa” yaitu Apabila kita memiliki kemauan pasti ada jalannya. Namun apabila
kita ingin mencapai suatu harapan hanya untuk sebuah imbalan itu percuma,
karena hal yang kita lakukan tersebut tidak berasal dari hati kita sendiri tapi
berasal dari nafsu kita untuk mendapat imbalan tersebut. Sebaiknya kita
melakukan apapun sesuai dengan hati kita, jangan pernah mengharapkan suatu
imbalan apapun terhadap perkejaan atau suatu harapan yang kita inginkan. Dan sebaiknya
kita juga melakukan apapun dengan hati yang lapang dan ikhlas. Kehidupan dan
Kematian memang kehendak dari Allah SWT. Kehidupan yang kekal yakni bKehidupan
akhirat. Kenikmatan akan diberikan pada setiap hamba yang beramal sholeh dan
siksaan dan kepedihan hanyalah untuk hamba yang ingkar. Maka hendaknya kita
memanfaatkan kehidupan kita di dunia hanyalah untuk beribadah pada Allah.
Tanamkan sikap zuhud dan senaantiasa beramal sholeh. Hidup untuk Yang Maha
Hidup.
UNSUR EKSTRINSIK
Latar Belakang Penulis
“Tere Liye” merupakan nama pena dari seorang novelis
Indonesia yang diambil dari bahasa India dengan arti : untukmu. Tere-Liye Lahir
pada tanggal 21 Mei 1979 dan telah menghasilkan 14 buah novel.Nama asli dari
pengarang ini adalah Darwis ,yang beristrikan Riski Amelia, dan seorang ayah
dari Abdullah Pasai.Lahir dan besar di pedalaman Sumatera, berasal dari
keluarga petani, anak keenam dari tujuh bersaudara.Riwayat pendidikannya antara
lain, SDN 2 Kikim Timur Sumatera Selatan, SMPN 2 Kikim Timur Sumsel,SMUN 9
Bandar Lampung,Fakultas Ekonomi UI.Profesinya sekarang sebagai penulis dan
sebagai pemateri dalam forum diskusi.Berkat dari kerja kerasnya itu membuat
novel nya itu sampai ke pasaran Internasional,oleh sebab itu ia dijuluki
sebagai novelis terbaik Indonesia. Novelnya ada yang sampai ke mancanegara yang
diterjemahkan dalam bahasa inggris.Karya-karyanya yang telah dipublikasikan
antara lain berjudul Daun yg Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, Pukat,
Burlian,Hafalan Shalat Delisa, Moga Bunda Disayang Allah, Ayahku bukan
Pembohong,The Gogons Series: James & Incridible, Bidadari-Bidadari Surga,
Sang Penandai, Rembulan Tenggelam Di Wajahmu, Mimpi-Mimpi Si Patah Hati,
Cintaku Antara Jakarta & Kuala Lumpur, Senja Bersama Rosie, dan ELIANA
serial anak-anak mamak.Semua dari karya-karyanya itu mendapatkan tanggapan
positif dari setiap pembaca. Hampir semua dari novel-novelnya itu menjadi best
seller.
Dibandingkan dengan novel sesudah maupun sebelumnya,novel
Hafalan Shalat Delisa ini lebih memberikan wawasan yang banyak terutama
mengenai ibadah seperti menjaga kekhusyukan dalam shalat. Pada novel ini
penulis memakai bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh
pembaca,berbeda dengan novelnya yang berjudul Ayahku Bukan Pembohong,yang
banyak menggunakan kata-kata kiasan dan juga majas-majas yang sulit dipahami
bagi pembaca terutama bagi pembaca pemula.Novel Hafalan Shalat Delisa lebih
banyak problema yang terjadi tidak hanya terfokus pada satu permasalahan saja
dan semua nya itu dipecahkan atau diselesaikan dengan bijaksana,sedangkan pada
novel Ayahku Bukan Pembohong hanya terfokus pada satu permasalahan yaitu hanya
terfokus pada kebohongan ayahnya dan penyelesaian dari permasahannya itu juga
kurang memuaskan .Novel Hafalan Delisa itu juga membuat pembaca sangat terharu
olehnya,karena semagat hidup dari Delisa,hal itu memotivasi para pembaca untuk
selalu semangat dalam melawan kehidupan dan tak mengenal putus asa.
Novel Hafalan Shalat Delisa ini mengangkat cerita
mengenai anugerah dibalik keikhlasan.Kita dapat melihat dari keikhlasan yang
dimiliki Delisa ketika menghafal hafalan shalat,ikhlas menerima keadaan nya
setelah tsumani seperti kaki yang teramputasi,dan ikhlas menerima kepergian Umi
Salamah.
Novel ini sangat bagus bagi pembacanya,karena membuat
emosi kita ikut dalam setiap yang dirasakannya.Novel ini ditulis dengan bahasa
yang sederhana namun menyentuh hati pembaca.Bukti-bukti yang diberikan pada
setiap kejadian membuat kisah-kisah ini seperti nyata.Bagian yang berkesan
yaitu ketika pengambilan nilai praktek shalat Delisa sekaligus pada saat itu
terjadinya tsunami (Pada Bab yang berjudul 26 Desember 2004 itu !),dan ketika
penggambaran bagaimana Delisa terjepit oleh sela-sela semak belukar (halaman
112) karena pada bagian ini pembaca dapat menggambarkan seperti apa kejadian
ketika tsunami itu.Dan tokoh-tokoh pendukung dari bab itu membuat suasana
menjadi hidup.
Tere-liye ingin menyebarkan pemahaman bahwa HIDUP INI
SEDERHANA melalui tulisannya.
Berikut sedikit kutipan dari pojok “biografi” salah satu
novelnya, yang sangat berkesan di hati saya (selaku pembaca) :
“Bekerja keras, namun selalu merasa cukup, mencintai
berbuat baik dan berbagi, senantiasa bersyukur dan berterima-kasih maka
tereliye percaya, sejatinya kita sudah menggenggam kebahagiaan hidup ini”
Nilai yang terkandung:
Budaya
Budaya yang ada di dalam novel ini adalah ketika semua
anak Ummi Salamah telah lulus dalam hafalan membaca shalatnya maka sebagai
hadiahnya, Ummi membelikan sebuah kalung sebagai hadiahnya. Hal ini dibuktikan
dalam percakapan berikut :”Delisa boleh pilih kalungnya sendiri, kan? Seperti
punya Kak Fatimah, punya Kak Zahra atau, seperti punya Kak Aisyah!” (Hal 17)
Agama
Dalam novel ini nilai agama yang terkandung sangat kuat,
karena semua anak-anak Ummi Salamah diwajibkan menghafal bacaannya shalatnya
dan diwajibkan untuk shalat sesuai dengan waktunya. Semua anak Ummi Salamah
belajar mengaji di TPA bersama Ustadz Rahman. Hal ini dibuktikan dalam
percakapan berikut :” Delisa bangun, sayang… Shubuh!” (Hal 2)
Moral
Di gambarkan nilai-nilai moral yang sangat kental. Kita
dapat menganalisi dari keadaan sosial dan kegiatan masyarakat di daerah
tersebut. Sangat sopan dan juga sangat mengutamakan nilai-nilai agama dan
budaya islam.
Sosial
Banyak sekali nilai sosial yang tertoreh pada novel ini,
sebagai contoh kebersamaan seorang ibu yang menyayangi ke-4 anaknya dengan
sabar. Walau dalam keluarganya tersebut tidak hadirnya seorang ayah. Namun
keluarga tersebut dapat hidup sejahtera dan tentram.
Realita
Dalam
kehidupan sehari-hari, banyak orang tua yang kurang peduli dengan nilai
keagamaan anaknya. Kita juga dapat melihat sekitar kita, banyak anak-anak yang
kurang peduli dengan kegiatan keagamaannya seperti contoh kurang minat untuk
menghafalkan doa-doa sholat dan membaca Al-Quran. Hafalan Sholat Delisa sangat baik untuk
di terapkan dalam kehidupan beragama dan berkeluarga.
Situasi Masyarakat
Situasi masyarakat saat penulisan novel ini yaitu tepat
pada peristiwa Tsunami di Banda Aceh tertanggal 26 Desember 2004.
Penilaian pada novel
Kelebihan
Novel ini sangat tepat untuk dibaca untuk semua kalangan.
Baik anak-anak maupun remaja bahkan orang tua sekalipun. Pesan yang tersirat
dalam novel ini memberikan banyak inspirasi bagi para pembacanya.
Tiap bait puisi dibeberapa kalimatnya menambah poin plus
untuk novel ini. Alur cerita yang sangat menghanyutkan membuat para pembaca
(khususnya saya) untuk selalu ikhlas dalam menerima segala cobaan yang telah
ditakdirkan dari Allah SWT.
Bahasa yang digunakan penulis sederhana namun mampu
menyentuh hati pembaca,tidak susah dipahami.Dimengerti oleh semua kalangan
pembaca baik pembaca pemula atau sudah tingkat lanjut.
Kekurangan
Kekurangan dari novel ini yaitu tidak adanya biografi
penulis yang disediakan pada bagian akhir halaman novel,pengarang menggunakan
nama samaran tidak nama asli (Tere-Liye), tidak adanya sinopsis yang disediakan
pada bagian belakang cover, sehingga ketika kita ingin membelinya kita ragu
novel ini menceritakan tentang apa.
0 Response to "2 Contoh Analisis Novel Singkat Lengkap"
Post a Comment