Sejarah Kerajaan Banten Singkat
PEMBAHASAN
Lokasi Kerajaan Banten
Secara geografis, Kerajaan Banten terletak di propinsi
Banten.Wilayah kekuasaan Banten meliputi bagian barat Pulau Jawa, seluruh
wilayah Lampung, dan sebagian wilayah selatan Jawa Barat. Situs peninggalan
Kerajaan Banten tersebar di beberapa kota seperti Tangerang, Serang, Cilegon,
dan Pandeglang. Pada mulanya, wilayah Kesultanan Banten termasuk dalam
kekuasaan Kerajaan Sunda.
Gambar 1.1
Peta letak kerajaan Banten
Kerajaan Banten menjadi penguasa jalur pelayaran dan
perdagangan yang melalui Selat Sunda.Dengan posisi yang strategis ini Kerajaan
Banten berkembang menjadi kerajaan besar di Pulau Jawa dan bahkan menjadi
saingan berat bagi VOC di Batavia.VOC merupakan perserikatan dagang yang dibuat
oleh kolonial Belanda di wilayah kepulauan Nusantara.
Kerajaan Banten
Perkembangan Awal Kerajaan Banten Semula Banten menjadi
daerah kekuasaan KerajaanPajajaran.Rajanya (Samiam) mengadakan hubungandengan
Portugis di Malaka untuk membendungmeluasnya kekuasaan Demak. Namunmelalui,
Faletehan, Demak berhasil mendudukiBanten, Sunda Kelapa, dan Cirebon.v Pada
tahun 1552 M, Faletehan menyerahkanpemerintahan Banten kepada
putranya,Hasanuddin. Dibawah pemerintahan Sultan Hasanuddin (1552-1570M),
Banten cepat berkembang menjadi besar.Wilayahnyameluas sampai ke Lampung, Bengkulu,
dan Palembang.vPada awalnya kawasan Banten juga dikenal denganBanten Girang
merupakan bagian dari kerajaan sunda.Kedatangan pasukan Kerajaan Demak di bawah
pimpinanMaulana Hasanuddin ke kawasan tersebut selain untukperluasan wilayah
juga sekaligus penyebaran dakwahIslam. Kemudian dipicu oleh adanya kerjasama
Sunda-Portugal dalam bidang ekonomi dan politik, hal inidianggap dapat
membahayakan kedudukan KerajaanDemak selepas kekalahan mereka mengusir Portugal
dariMelaka tahun 1513..
Selain mulai membangun benteng pertahanan diBanten,
Maulana Hasanuddin juga melanjutkanperluasan kekuasaan ke daerah penghasil lada
diLampung.Ia berperan dalam penyebaran Islam dikawasan tersebut, selain itu ia
juga telahmelakukan kontak dagang dengan rajaMalangkabu (Minangkabau,
KerajaanInderapura), Sultan Munawar Syah dandianugerahi keris oleh raja
tersebut.v Seiring dengan kemunduran Demak terutamasetelah meninggalnya
Trenggana,Banten yangsebelumnya vazal dari Kerajaan Demak, mulaimelepaskan diri
dan menjadi kerajaan yangmandiri.
Sejarah
De Stad Bantam, lukisan cukilan lempeng logam (engraving)
karya François Valentijn, Amsterdam, 1726
Pada awalnya kawasan Banten juga dikenal dengan
BantenGirang merupakan bagian dari KerajaanSunda. Kedatangan pasukan
KerajaanDemak di bawah pimpinan MaulanaHasanuddin ke kawasan tersebut selain
untuk perluasan wilayah juga sekaligus penyebaran dakwah Islam. Kemudian dipicu
oleh adanya kerjasamaSunda – Portugal dalam bidang ekonomi dan politik, hal ini
dianggap dapat membahayakan kedudukan Kerajaan Demak selepas kekalahan mereka
mengusir Portugal dari Melaka tahun 1513. Atas perintah Trenggana, bersama
dengan Fatahillah melakukan penyerangan dan penaklukkan PelabuhanKelapa sekitar
tahun 1527, yang waktu itu masih merupakan pelabuhan utama dari Kerajaan Sunda.
Selain mulai membangun benteng pertahanan di Banten,
Maulana Hasanuddin juga melanjutkan perluasan kekuasaan ke daerah penghasil
lada di Lampung. Ia berperan dalam penyebaran Islam di kawasan tersebut, selain
itu ia juga telah melakukan kontak dagang dengan raja Malangkabu (Minangkabau,
KerajaanInderapura), SultanMunawarSyah dan dianugerahi keris oleh raja
tersebut.
Seiring dengan kemunduran Demak terutama setelah
meninggalnyaTrenggana Banten yang sebelumnya vazal dari Kerajaan Demak, mulai
melepaskan diri dan menjadi kerajaan yang mandiri. MaulanaYusuf anak dari
Maulana Hasanuddin, naik tahta pada tahun 1570melanjutkan ekspansi Banten ke
kawasan pedalaman Sunda dengan menaklukkan PakuanPajajaran tahun 1579. Kemudian
ia digantikan anaknya MaulanaMuhammad, yang mencoba menguasai Palembang tahun
1596 sebagai bagian dari usaha
Banten dalam mempersempit gerakan Portugal di nusantara,
namun gagal karena ia meninggal dalam penaklukkan tersebut.
Pada masa PangeranRatu anak dari MaulanaMuhammad, ia
menjadi raja pertama di PulauJawa yang mengambil gelar “Sultan” pada tahun 1638
dengan nama ArabAbu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir. Pada masa ini Sultan Banten
telah mulai secara intensif melakukan hubungan diplomasi dengan kekuatan lain
yang ada pada waktu itu, salah satu diketahui surat Sultan Banten kepada
RajaInggris, JamesItahun 1605 dan tahun 1629 kepada Charles.
Aspek kehidupan masyarakat
Aspek kehidupan kerajaan Banten meliputi :
Sistem Ekonomi
Dalam meletakan dasar pembangunan ekonomi Banten, selain
di bidang perdagangan untuk daerah pesisir, pada kawasan pedalaman pembukaan
sawah mulai diperkenalkan. Asumsi ini berkembang karena pada waktu itu di
beberapa kawasan pedalaman seperti Lebak, perekonomian masyarakatnya ditopang
oleh kegiatan perladangan, sebagaimana penafsiran dari naskah
sanghyangsiksakandangkaresian yang menceritakan adanya istilah pahuma
(peladang), panggerek (pemburu) dan panyadap (penyadap). Ketiga istilah ini
jelas lebih kepada sistem ladang, begitu juga dengan nama peralatanya seperti
kujang, patik, baliung, kored dan sadap.
Pada masa Sultan Ageng antara 1663 dan 1667 pekerjaan
pengairan besar dilakukan untuk mengembangkan pertanian. Antara 30 dan 40 km
kanal baru dibangun dengan menggunakan tenaga sebanyak 16 000 orang. Di
sepanjang kanal tersebut, antara 30 dan 40 000 ribu hektar sawah baru dan
ribuan hektar perkebunan kelapa ditanam. 30 000-an petani ditempatkan di atas
tanah tersebut, termasuk orang Bugis dan Makasar. Perkebunantebu, yang
didatangkan saudagar Cina pada tahun 1620-an, dikembangkan. Di bawah Sultan
Ageng, perkembangan penduduk Banten meningkat signifikan.
Tak dapat dipungkiri sampai pada tahun 1678, Banten telah
menjadi kota metropolitan, dengan jumlah penduduk dan kekayaan yang dimilikinya
menjadikan Banten sebagai salah satu kota terbesar di dunia pada masa tersebut.
Sistem Sosial
Kerajaan Banten merupakan salah satu kerajaan Islam di
Pulau Jawa selain Kerajaan Demak, Kasepuhan Cirebon, Giri Kedaton, dan Mataram
Islam.Kehidupan sosial rakyat Banten berlandaskan ajaran-ajaran yang berlaku
dalam agama Islam.Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, kehidupan
sosial masyarakat Banten semakin meningkat dengan pesat karena sultan
memperhatikan kesejahteraan rakyatnya.Usaha yang ditempuh oleh Sultan Ageng
Tirtayasa adalah menerapkan sistem perdagangan bebas dan mengusir VOC dari
Batavia.
Menurut catatan sejarah Banten, Sultan Banten termasuk
keturunan Nabi Muhammad SAW sehingga agama Islam benar-benar menjadi pedoman
hidup rakyat. Meskipun agama Islam mempengaruhi sebagian besar kehidupan
Kesultanan Banten, namun penduduk Banten telah menjalankan praktek toleransi
terhadap keberadaan pemeluk agama lain. Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya
sebuah klenteng di pelabuhan Banten pada tahun 1673.
Sistem Politik
Bendera Kesultanan Banten (1527–1813)
Pada awal berkembangnya masyarakat pantai Banten, Banten
merupakan daerah kekuasaan Kerajaan
Pajajaran.Namun pada tahun 1524 wilayah Banten berhasil dikuasai oleh Kerajaan
Demak di bawah pimpinan Syarif Hidayatullah.Pada waktu Demak terjadi perebutan
kekuasaan, Banten melepaskan diri dan tumbuh menjadi kerajaan besar.
Setelah itu, kekuasaan Banten diserahkan kepada Sultan
Hasanudin, putra Syarif Hidayatullah.Sultan Hasanudin dianggap sebagai peletak
dasar Kerajaan Banten. Banten semakin maju di bawah pemerintahan Sultan
Hasanudin karena didukung oleh faktor-faktor berikut ini:
Letak Banten yang strategis terutama setelah Malaka jatuh
ke tangan Portugis, Banten menjadi bandar utama karena dilalui jalur
perdagangan laut.
Banten menghasilkan rempah-rempah lada yang menjadi
perdagangan utama bangsa Eropa menuju Asia.
Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Hal-hal yang dilakukan oleh Sultan Ageng
Tirtayasa terhadap kemajuan Kerajaan Banten adalah sebagai berikut:
Memajukan wilayah perdagangan.Wilayah perdagangan Banten
berkembang sampai ke bagian selatan Pulau Sumatera dan sebagian wilayah Pulau
Kalimantan.
Banten dijadikan sebagai tempat perdagangan internasional
yang mempertemukan pedagang lokal dengan para pedagang asing dari Eropa.
Memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam sehingga banyak
murid yang belajar agama Islam ke Banten.
Melakukan modernisasi bangunan keraton dengan bantuan
arsitektur Lucas Cardeel.Sejumlah situs bersejarah peninggalan Kerajaan Banten
dapat kita saksikan hingga sekarang di wilayah Pantai Teluk Banten.
Membangun armada laut untuk melindungi perdagangan.
Kekuatan ekonomi Banten didukung oleh pasukan tempur laut untuk menghadapi
serangan dari kerajaan lain di Nusantara dan serangan pasukan asing dari Eropa.
Sultan Ageng Tirtayasa merupakan salah satu raja yang
gigih menentang pendudukan VOC di Indonesia.Kekuatan politik dan angkatan
perang Banten maju pesat di bawah kepemimpinannya.Namun akhirnya VOC
menjalankan politik adu domba antara Sultan Ageng dan putranya, Sultan
Haji.Berkat politik adu domba tersebut Sultan Ageng Tirtayasa kemudian berhasil
ditangkap dan dipenjarakan di Batavia hingga wafat pada tahun 1629 Masehi.
Sistem Budaya
Masyarakat yang berada pada wilayah Kesultanan Banten
terdiri dari beragam etnis yang ada di Nusantara, antara lain: Sunda, Jawa,
Melayu, Bugis, Makassar, dan Bali. Beragam suku tersebut memberi pengaruh
terhadap perkembangan budaya di Banten dengan tetap berdasarkan aturan agama
Islam. Pengaruh budaya Asia lain didapatkan dari migrasi penduduk Cina akibat
perang Fujian tahun 1676, serta keberadaan pedagang India dan Arab yang
berinteraksi dengan masyarakat setempat.
Dalam bidang seni bangunan Banten meninggalkan seni
bangunan Masjid Agung Banten yang dibangun pada abad ke-16.Selain itu, Kerajaan
Banten memiliki bangunan istana dan bangunan gapura pada Istana Kaibon yang
dibangun oleh Jan Lucas Cardeel, seorang Belanda yang telah memeluk agama
Islam.Sejumlah peninggalan bersejarah di Banten saat ini dikembangkan menjadi
tempat wisata sejarah yang banyak menarik kunjungan wisatawan dari dalam dan
luar negeri.
Puncak Kejayaan
Kesultanan Banten merupakan kerajaan maritim dan
mengandalkan perdagangan dalam menopang perekonomiannya. Monopoli atas
perdagangan lada di Lampung, menempatkan penguasa Banten sekaligus sebagai
pedagang perantara dan Kesultanan Banten berkembang pesat, menjadi salah satu
pusat niaga yang penting pada masa itu. Perdagangan laut berkembang ke seluruh
Nusantara, Banten menjadi kawasan multi-etnis. Dibantu orang Inggris, Denmark
dan Tionghoa, Banten berdagang dengan Persia, India, Siam, Vietnam, Filipina,
Cina dan Jepang
Masa SultanAgengTirtayasa (bertahta 1651-1682) dipandang
sebagai masa kejayaan Banten. Di bawah dia, Banten memiliki armada yang
mengesankan, dibangun atas contoh Eropa, serta juga telah mengupah orang Eropa
bekerja pada Kesultanan Banten. Dalam mengamankan jalur pelayarannya Banten
juga mengirimkan armada lautnya ke Sukadana atau KerajaanTanjungpura
(KalimantanBarat sekarang) dan menaklukkannya tahun 1661. Pada masa ini Banten
juga berusaha keluar dari tekanan yang dilakukan VOC, yang sebelumnya telah
melakukan blokade atas kapal-kapal dagang menuju Banten.
Masa Kesultanan
Maulana Hasanuddin atau Pangeran Sabakingkin memerintah
pada tahun 1552 – 1570
Maulana Yusuf atau
Pangeran Pasareyan memerintah pada tahun 1570 – 1585
Maulana Muhammad
atau Pangeran Sedangrana memerintah pada tahun 1585 – 1596
Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir atau Pangeran
Ratu memerintah pada tahun 1596 – 1647
Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad memerintah pada tahun 1647 –
1651
Sultan Ageng Tirtayasa atau Sultan Abu al-Fath Abdul
Fattah memerintah pada tahun 1651-1682
Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar memerintah
pada tahun 1683 – 1687
Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya memerintah pada tahun
1687 – 1690
Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin memerintah
pada tahun 1690 – 1733
Sultan Abul Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin memerintah
pada tahun 1733 – 1747
Ratu Syarifah Fatimah memerintah pada tahun 1747 – 1750
Sultan Arif Zainul Asyiqin al-Qadiri memerintah pada
tahun 1753 – 1773
Sultan Abul Mafakhir Muhammad Aliuddin memerintah pada
tahun 1773 – 1799
Sultan Abul Fath Muhammad Muhyiddin Zainussalihin
memerintah pada tahun 1799 – 1803
Sultan Abul Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqin
memerintah pada tahun 1803 – 1808
Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin
memerintah pada tahun 1809 – 1813
Kemunduran kerajaan Banten
Bantuan dan dukungan VOC kepada Sultan Haji mesti dibayar
dengan memberikan kompensasi kepada VOC di antaranya pada 12Maret1682, wilayah
Lampung diserahkan kepada VOC, seperti tertera dalam surat Sultan Haji kepada
Mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia yang sedang berlabuh
di Banten. Surat itu kemudian dikuatkan dengan surat perjanjian tanggal
22Agustus1682 yang membuat VOC memperoleh hak monopoli perdagangan lada di
Lampung. Selain itu berdasarkan perjanjian tanggal 17April1684, Sultan Haji
juga mesti mengganti kerugian akibat perang tersebut kepada VOC.
Setelah meninggalnya Sultan Haji tahun 1687, VOC mulai
mencengkramkan pengaruhnya di Kesultanan Banten, sehingga pengangkatan para
Sultan Banten mesti mendapat persetujuan dari GubernurJendralHindiaBelanda di
Batavia. SultanAbuFadhlMuhammadYahya diangkat mengantikan Sultan Haji namun
hanya berkuasa sekitar tiga tahun, selanjutnya digantikan oleh saudaranya
Pangeran Adipati dengan gelar Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin dan
kemudian dikenal juga dengan gelar Kang Sinuhun ing Nagari Banten.
Perang saudara yang berlangsung di Banten meninggalkan
ketidakstabilan pemerintahan masa berikutnya. Konfik antara keturunan penguasa
Banten maupun gejolak ketidakpuasan masyarakat Banten, atas ikut campurnya VOC
dalam urusan Banten. Perlawanan rakyat kembali memuncak pada masa akhir
pemerintahan SultanAbul Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin, di antaranya
perlawanan Ratu Bagus Buang dan Kyai Tapa. Akibat konflik yang berkepanjangan
Sultan Banten kembali meminta bantuan VOC dalam meredam beberapa perlawanan
rakyatnya sehingga sejak 1752 Banten telah menjadi vassal dari VOC.
Penghapusan kesultanan
Reruntuhan Kraton Sultan di tahun 1859 (gambar oleh C.
Buddingh dari Geschiedenis van Nederlandsch Indië atau “Sejarah Hindia
Belanda”)
Reruntuhan Kraton Kaibon, bekas istana kediaman Ibu Suri
Sultan Banten, di tahun 1933
Pada tahun 1808 Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal
Hindia Belanda 1808-1810, memerintahkan pembangunan Jalan Raya Pos untuk
mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris. Daendels memerintahkan Sultan
Banten untuk memindahkan ibu kotanya ke Anyer dan menyediakan tenaga kerja
untuk membangun pelabuhan yang direncanakan akan dibangun di Ujung Kulon.
Sultan menolak perintah Daendels, sebagai jawabannya Daendels memerintahkan
penyerangan atas Banten dan penghancuran Istana Surosowan. Sultan beserta keluarganya
disekap di Puri Intan (Istana Surosowan) dan kemudian dipenjarakan di Benteng
Speelwijk. Sultan Abul Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqin kemudian diasingkan
dan dibuang ke Batavia. Pada 22 November 1808, Daendels mengumumkan dari
markasnya di Serang bahwa wilayah Kesultanan Banten telah diserap ke dalam
wilayah Hindia Belanda.
Kesultanan Banten resmi dihapuskan tahun 1813 oleh
pemerintah kolonial Inggris. Pada tahun itu, Sultan Muhammad bin Muhammad
Muhyiddin Zainussalihin dilucuti dan dipaksa turun tahta oleh Thomas Stamford
Raffles. Peristiwa ini merupakan pukulan pamungkas yang mengakhiri riwayat
Kesultanan Banten.
Perang saudara
Sekitar tahun 1680 muncul perselisihan dalam Kesultanan
Banten, akibat perebutan kekuasaan dan pertentangan antara Sultan Ageng dengan
putranya Sultan Haji.Perpecahan ini dimanfaatkan oleh Vereenigde Oostindische
Compagnie (VOC) yang memberikan dukungan kepada Sultan Haji, sehingga perang
saudara tidak dapat dielakkan. Sementara dalam memperkuat posisinya, Sultan Haji
atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar juga sempat mengirimkan 2 orang utusannya,
menemui Raja Inggris di London tahun 1682 untuk mendapatkan dukungan serta
bantuan persenjataan.[1] Dalam perang ini Sultan Ageng terpaksa mundur dari
istananya dan pindah ke kawasan yang disebut dengan Tirtayasa, namun pada 28
Desember1682 kawasan ini juga dikuasai oleh Sultan Haji bersama VOC. Sultan
Ageng bersama putranya yang lain Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf dari Makasar
mundur ke arah selatan pedalaman Sunda. Namun pada 14 Maret1683 Sultan Ageng
tertangkap kemudian ditahan di Batavia.
Sementara VOC terus mengejar dan mematahkan perlawanan
pengikut Sultan Ageng yang masih berada dalam pimpinan Pangeran Purbaya dan
Syekh Yusuf. Pada 5 Mei1683, VOC mengirim Untung Surapati yang berpangkat
letnan beserta pasukan Balinya, bergabung dengan pasukan pimpinan Letnan
Johannes Maurits van Happel menundukkan kawasan Pamotan dan Dayeuh Luhur, di
mana pada 14 Desember1683 mereka berhasil menawan Syekh Yusuf.[14] Sementara
setelah terdesak akhirnya Pangeran Purbaya menyatakan menyerahkan diri.
Kemudian Untung Surapati disuruh oleh Kapten Johan Ruisj untuk menjemput
Pangeran Purbaya, dan dalam perjalanan membawa Pangeran Purbaya ke Batavia,
mereka berjumpa dengan pasukan VOC yang dipimpin oleh Willem Kuffeler, namun
terjadi pertikaian di antara mereka, puncaknya pada 28 Januari1684, pos pasukan
Willem Kuffeler dihancurkan, dan berikutnya Untung Surapati beserta pengikutnya
menjadi buronan VOC. Sedangkan Pangeran Purbaya sendiri baru pada 7
Februari1684 sampai di Batavia.
Peninggalan kerajaan Banten
Di Banten Lama dan sekitarnya kini masih terdapat
beberapa peninggalan kepurbakalaan yang berasal dari zaman kerajaan Islam
Banten (abad XVI – XVIII)
Peninggalan tersebut ada yang masih utuh namun banyak
yang tinggal reruntuhannya saja bahkan tidak sedikit yang berupa
fragmen-fragmen kecil. Peninggalan berupa artefak –artefak kecil yang
dikumpulkan dalam penelitian dan penggalian kepurbakalaan kini telah disimpan
di Museum Situs Kepurbakalaan yang terletak di halaman depan bekas Keraton
Surosowan.
Peninggalan kepurbakalaan tersebut adalah :
Komplek Keraton Surosowan
Komplek Mesjid Agung
Meriam Ki Amuk
Mesjid Pacinan Tinggi
Komplek Keraton Kaibon
Mesjid Koja
Kerkhof
Benteng Spelwijk
Klenteng Cina
Watu Gilang
Makam Kerabat Sultan
Mesjid Agung Kenari
Benda-benda purbakala di Museum Banten
0 Response to " Makalah Sejarah Kerajaan Banten Singkat"
Post a Comment